Kudus, isknews.com – Universitas Muria Kudus (UMK) kembali menorehkan sejarah penting dengan mengukuhkan dua guru besar baru, Senin (27/5/2025).
Mereka adalah Prof. Dr. Ir. Endang Dewi Murrinie, M.P. dalam bidang pertanian, serta Prof. Dr. Sugeng Slamet, S.T., M.T. dalam bidang teknik.
Dalam statemen usai pengukuhan, Prof. Sugeng Slamet menyoroti pentingnya pengembangan material teknik dalam negeri guna mendongkrak daya saing industri nasional.
Ia menyebut Indonesia sebagai negara kaya material, namun belum dikelola optimal.
“Kalau tidak dikelola dengan baik tentu tidak memberikan manfaat bagi masyarakat. Industri nasional juga sangat butuh material-material yang bisa diolah menjadi berbagai produk untuk mendukung kebutuhan masyarakat,” ucapnya.
Ia menegaskan bahwa ketergantungan pada bahan baku impor membuat daya saing industri nasional lemah.
“Selama kita masih mengandalkan impor, jelas sangat sulit. Padahal kita sendiri kaya akan material, berbagai logam dan sebagainya,” lanjutnya.
Menurut Prof. Sugeng, daerah seperti Kudus yang dikenal sebagai kota industri juga membutuhkan dukungan teknologi maju untuk terus berkembang. Ia menyebut efisiensi dan peningkatan kandungan lokal dalam produk sebagai kunci bersaing di pasar global.
“Produk teknologi maju dari Cina itu sangat murah karena kandungan lokalnya tinggi. Kita punya sumber bahan baku seperti tambang logam untuk baterai, yang harus dimanfaatkan termasuk untuk pengembangan material medis, energi, dan sebagainya,” tambahnya.
Ia juga menyampaikan potensi besar dalam pengelolaan sampah menjadi energi.
“Sampah itu bukan sesuatu yang tidak bermanfaat, dia sumber energi. Tinggal bagaimana kita mengubahnya menjadi panas untuk membangkitkan energi. Skala lokal saja masih banyak yang bisa digarap,” jelasnya.
Sementara itu, Prof. Endang Dewi Murrinie dalam statemen usai pengukuhan menekankan pentingnya benih unggul dalam mendorong ketahanan pangan nasional.
“Memilih benih yang baik merupakan awal yang sangat penting. Industri benih di Indonesia harus lebih kuat agar swasembada pangan bisa tercapai,” ujarnya.
Ia menyebut benih sebagai faktor penentu produktivitas, meskipun bukan satu-satunya. Untuk mencapai target produksi tinggi, ketersediaan lahan dan penggunaan teknologi pertanian digital juga sangat diperlukan.
“Anak-anak muda sekarang sangat akrab dengan digital. Pertanian harus dikembangkan dengan pendekatan teknologi agar menarik bagi mereka,” imbuhnya.
Prof. Endang juga menekankan pentingnya dukungan kebijakan pemerintah yang konsisten dan kolaborasi antara pemerintah, industri, petani, dan akademisi.
Dalam penelitiannya, Prof. Endang juga mengeksplorasi tanaman langka seperti kawis dari Rembang dan duku varietas Sumber. Ia menyebut duku Sumber memiliki potensi besar namun membutuhkan lahan dengan kandungan bahan organik tinggi.
“Masalahnya adalah bahan organik yang mulai berkurang. Kalau sampah bisa dikelola menjadi bahan organik, itu sinergi yang sangat baik,” jelasnya.
Ia menutup dengan harapan agar kebijakan tata ruang wilayah tetap mempertahankan lahan pertanian secara konsisten, dan mendorong pengembangan pertanian di lahan marginal dengan memperhatikan kelestarian lingkungan. (YM/YM)