Kudus, isknews.com – Taufiq Romadhoni, mahasiswa program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, menyelenggarakan penyuluhan tentang literasi digital di Pondok Pesantren (PP) Darun Najah Kudus, Sabtu (26/10/2024).
Acara ini berlangsung pada Sabtu malam dan diikuti oleh 24 peserta, terdiri dari santri dan pengurus pondok.
Kegiatan ini disambut dengan antusias oleh para santri. Ardea Cindy, salah satu peserta, menekankan bahwa acara seperti ini sangat penting bagi generasi muda.
“Kegiatan sosialisasi literasi digital sangat edukatif. Saat ini, banyak content creator yang menyebarkan berita hoaks demi viralitas tanpa mempertanggungjawabkan postingannya. Melalui kegiatan ini, kami belajar untuk lebih kritis dalam menyaring informasi dan tidak langsung mempercayai berita tanpa menganalisis validitasnya,” ungkap Ardea.
Penyuluhan ini juga merupakan bagian dari tugas Ujian Tengah Semester (UTS) mata kuliah Public Speaking, yang diampu oleh Ibu Primi Rohimi, S.Sos., M.S.I.
Taufiq berharap acara ini dapat meningkatkan pemahaman para santri tentang pentingnya literasi digital.
“Kegiatan ini saya adakan sebagai bentuk penyelesaian tugas UTS, sekaligus memberi manfaat kepada teman-teman santri. Saya harap kita semua makin sadar akan pentingnya literasi digital di era informasi seperti sekarang,” ujarnya.
Dalam materinya, Taufiq menyoroti tingginya penggunaan internet di kalangan Generasi Z dan milenial , yang semakin rawan terpapar berita hoaks. Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) 2024, pengguna internet di Indonesia mencapai 221 juta jiwa dari total populasi 278 juta.
Dari jumlah tersebut,Gen Z (lahir 1997–2012) merupakan pengguna terbanyak, yaitu 34,4%, disusul oleh milenial (lahir 1981–1996) sebanyak 30,62%.
“Generasi Z harus paham bagaimana cara memilah informasi di internet. Kita perlu belajar mengidentifikasi berita yang valid dan menghindari penyebaran hoaks,” tutur Taufiq.
Ia juga memberikan beberapa langkah praktis agar tidak terjebak berita palsu:
1. Periksa situs sumber berita dan kredibilitasnya.
2. Verifikasi fakta dan jangan hanya membaca judul.
3. Cek keaslian foto atau gambar dalam berita.
4. Bergabung dengan komunitas anti-hoaks di Indonesia.
Pada akhir kegiatan, peserta diminta menyampaikan kesimpulan dari materi yang telah diberikan sebagai bentuk evaluasi pemahaman. Dengan demikian, kegiatan ini diharapkan tidak hanya menjadi ajang berbagi ilmu, tetapi juga menumbuhkan kesadaran kritis dalam penggunaan internet.
“Pemahaman literasi digital sangat diperlukan di era ini agar kita tidak mudah terhasut oleh informasi palsu,” pungkas Taufiq mengakhiri acara.