Kudus, isknews.com – Koperasi selama ini sering kali hanya dipahami oleh masyarakat sebagai lembaga simpan pinjam atau peminjaman modal. Namun, koperasi diharapkan bisa menjadi perkumpulan yang mendukung kemandirian anggota dan memberdayakan masyarakat sekitar.
Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Jendral Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) RI, Sarjono Amsan, dalam kegiatan diskusi dan pelatihan pengembangan koperasi bagi anak muda di Warkoba, Desa Dersalam, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, Rabu (31/7).
Diskusi ini diikuti oleh puluhan peserta dari berbagai kelompok, termasuk Komunitas Kampung Budaya Piji Wetan, Komunitas Jb Motor Second, Komunitas Konten Kreator, Koperasi Mahasiswa, dan kelompok industri kreatif.
Sarjono menyampaikan bahwa koperasi seharusnya didesain berdasarkan kebutuhan anggotanya. Mengembalikan fungsi koperasi dinilai penting untuk menghindari disfungsi koperasi sebagai pemenuhan kebutuhan masyarakat.
“Urgensinya, koperasi yang sehat dapat menekan biaya pengeluaran anggota dan dalam jangka panjang meningkatkan kesejahteraan anggotanya,” ujar Sarjono.
Ia menyoroti bahwa banyak koperasi saat ini beralih fungsi hanya sebagai lembaga simpan pinjam atau pemberi modal, menyerupai sistem perbankan yang kurang mendukung masyarakat kecil.
“Padahal, koperasi yang benar itu menyangkut hajat orang banyak, dikelola oleh anggota, dan hasilnya untuk anggota,” ungkapnya.
Sarjono menegaskan, pengembangan koperasi tidak boleh bertumpu pada tingginya pemodal, melainkan dengan memperbanyak anggota dan pelaku UMKM.
“Koperasi dimiliki oleh anggota, sehingga basis kebutuhannya sesuai dengan anggotanya,” tambah Sarjono.
Sementara itu, Ketua Badan Koperasi Pemuda Koperasi (BKPK) Nur Khalim Mahmudi menyampaikan bahwa gerakan koperasi perlu merambah ke generasi muda, khususnya di Kabupaten Kudus.
Menurut Khalim, Kudus memiliki banyak potensi yang bisa dikembangkan melalui pemberdayaan koperasi, di antaranya koperasi pertanian dan UMKM.
“Koperasi bisa jadi pilar ekonomi masyarakat bila dikembangkan dengan baik. Setiap daerah memiliki potensi yang bisa menjadi nilai tambah bagi masyarakat,” ujar Khalim.
Khalim mencontohkan, pengelolaan kopi di Lereng Muria dapat didorong lebih maksimal melalui pengolahan kopi berkualitas, sehingga para petani kopi tidak hanya memasarkan kopi dengan sistem tradisional.
“Petani tidak lagi bergantung pada sistem petik hijau, tetapi bisa diolah dan dipasarkan ke kedai-kedai yang sudah banyak di Kudus,” sebutnya.
Selain itu, potensi lain seperti Jenang Kudus, nanas, atau desa wisata juga dapat dikembangkan melalui koperasi desa, yang diharapkan dapat mendorong pengembangan desa wisata di Kabupaten Kudus.
“Dengan adanya koperasi desa, diharapkan dapat mendorong produktivitas, membantu pelaku UMKM, pengembangan desa wisata, hingga kerjasama antar koperasi,” jelas Khalim. (AS/YM)