Rembang – Lasem dikenal sebagai daerah multi etnis. Warga pendatang, baik dari Cina maupun Arab, hidup secara harmonis dengan warga asli Lasem “santri Jawa”. Kondisi itu mirip dengan Kota Semarang.
Hal tersebut disampaikan Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP saat menghadiri acara Imlek bertajuk “Bersama Membangun Lasem” di Gedung Balai Kedamaian, Minggu (7/2).
“Lasem bisa kita berdayakan lagi secara kultural. Ada penduduk asli Jawa yang backgroundnya santri. Ada para pecinan yang datang, menetap sejak ratusan tahun lalu, dan sudah jadi satu. Ada juga yang dari Arab. Maka ketika itu dijadikan satu, rupanya ada produk budaya yang baru. Batik misalnya,” paparnya.
Kekayaan budaya inilah yang mendorong Ganjar untuk mengembangkan Lasem menjadi destinasi wisata. Dia pun meminta kepala daerah terpilih yang sebentar lagi dilantik, memanggil para pakar untuk mendesain penataan kawasan Lasem.
“Faktor-faktor pendukung bisa kita integrasikan bersama. Ya pesantren, Pecinan, Kampung Arab, maupun mereka yang ngepop,” lanjutnya.
Ganjar pun meminta warga Lasem untuk mencontoh proses pengembangan Kota Lama Semarang saat ini. Misalnya dengan membersihkan lingkungan dengan kerja bakti.
“Kalau bisa, contoh Kota Lama. Dalam satu bulan, tiap minggu kerja bakti. Anda bisa pakai hari Jumat atau Minggu. Kita tes warga Lasem semuanya, apakah serius bangun Lasem,” tegas mantan anggota DPR itu.
Sementara itu, Pj Bupati Rembang Suko Mardiono SH MM mengungkapkan keharmonisan warga Lasem muncul karena mereka menjunjungunity in diversity. (HJ)