Temanggung- Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP menilai pertanian organik di wilayah kepemimpinannya semakin berkembang. Beberapa komoditas organik sudah berhasil dikembangkan oleh petani lokal, bahkan kualitasnya mampu bersaing dengan komoditas mancanegara.
“Produk organik kita makin baik. Orang makin sadar go green. Makin bisa melakukan rekayasa pertanian berbasis nonkimia. Kemarin Pak Menristek sudah menyampaikan kepada saya, beliau siap membantu sistem itu. Kalau bisa kita kembangkan, maka kita bisa supply makanan ke tubuh kita, anak-anak kita dengan lebih sehat. Sekaligus mengurangi ketergantungam pupuk kimia,” tutur Ganjar saat berkeliling di Festival Hortikultura Soropadan, Minggu (25/10).
Ganjar mengimbau agar petani tetap kreatif di tengah harga komoditas yang fluktuatif. Harga cabai yang anjlok hingga Rp 1.000, imbuhnya, telah berhasil diintervensi oleh beberapa dinas terkait dengan melakukan pembelian. Kini, harga cabai berkisar Rp 4.000. Hasil panen yang kurang baik juga dapat diolah terlebih dahulu sehingga memiliki nilai tambah. Misalnya, cabai diolah menjadi bubuk cabai.
“Kalau (hasil panen) tidak bagus jangan dibuang. Mari kita bicara diolah. Umpama tomat dibuat jadi torakur, tomat rasa kurma. Ternyata itu mendapatkan nilai lebih dan jika dijual luar biasa. Sekarang yang perlu dikelola adalah bagaimana sistem pertanian menggunakan teknologi dengan cara yang benar dan bibit berkualitas,” tandasnya.
Ganjar yakin, produk tanaman pangan dari Jawa Tengah mampu bersaing saat era pasar bebas ASEAN dibuka pada akhir tahun ini. Keyakinan itu didapat setelah melihat sendiri hasil panenan yang memuaskan.
“Kita tadi lihat jeruk batu 55 dari Malang sekarang ditanam di Banjarnegara. Itu jeruknya istimewa. Uenaaak betul. Kalau kita melihat seperti ini produksinya semua bisa dikloning, direplikasi sistemnya, bibitnya, metodenya. Kalau kualitasnya sama, kita bisa bertanding di MEA,” jelasnya.
Pada acara tersebut, Ganjar juga memanen bawang merah varietas Bima, dan cabai. (HJ)