Harga Kedelai Merangkak Naik, Perajin Tahu Tempe Hentikan Sementara Produksi

oleh -766 kali dibaca
Pabrik tahu milik Makmun yang terpaksa berhenti produksi akibat kenaikan harga kedelai impor (Foto: istimewa/Makmun)

Kudus, isknews.com – Dampak dari kenaikan harga kedelai yang per hari ini sudah mencapai angka kisaran harga Rp 12.000 perkilogram, menyebabkan sejumlah pengrajin Tahu di Sentra Perajin Tahu di Desa Ploso Kecamatan Jati Kabupaten Kudus melakukan tidak Produksi selama dua hari yakni Minggu dan Senin (13 – 14/03/2022 ).

Menurut salah seorang perajin tahu dari sentra Ploso, Moh. Makmun (55) dirinya terpaksa mengehntikan proses produksi sebagai bentuk protes terhadap pemerintah yang tidak bisa mengendalikan harga kedelai, sehingga berdampak meningginya biaya produksi.

“Akibat tingginya beaya produksi terutama tingginya harga kedelai impor membuat kami menghentikan sementara produksi tahu di perusahaan kami,” ujar Makmun, Senin (14/03/2022).

Penghentian produksi tersebut dimaksudkan juga untuk menekan pasar agar mau menerima kenaikan harga jual tahu tempe akibat melonjaknya harga kedelai impor sebagai bahan baku tahu tempe.

Manajer Primer Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Primkopti) Kabupaten Kudus, Amar Maruf menegaskan penghentian produksi sentra industri tahu tempe di Ploso tersebut bukan bentuk aksi mogok.

“Bukan mogok, tapi ini sebagai cara agar harga jual tahu tempe di pasaran bisa naik. Sebab, selama ini pedagang di pasar masih belum mau jika harga tahu tempe dinaikkan meski harga bahan baku kedelai sudah naik,”kata Amar, Senin (14/03/2022).

Dengan berhenti produksi selama dua hari, produsen tempe tahu di Kabupaten Kudus berharap bisa membuat harga jual di pedagang bisa naik.

Menurut Amar, penghentian produksi tersebut bukan hanya terjadi di sentra produksi Desa Ploso saja, tetapi juga dilakukan sentra produksi lain seperti di Jepara, meski hari pelaksanaannya tidak sama.

Lebih lanjut, Amar menjelaskan kenaikan harga jual tempe tahu tidak bisa dihindari, seiring mahalnya harga kedelai yang saat ini sudah mencapai Rp 12.000 per kilogram. Jika tidak naik, produsen tempe tahu tidak bisa mendapat untung, bahkan juga sulit untuk balik modal.

Selain iti, kata Amar, pasokan kedelai dari Semarang mulai terbatas. Setiap harinya, Kudus hanya mendapat jatah 9 ton kedelai.

Kondisi ini membuat stok kedelai impor di gudang Primkopti Kudus saat ini menipis. Jika kondisi normal stok di gudang bisa mencapai 70 ton, saat ini hanya tersisa 30 ton.

“Jumlah tersebut tak sebanding dengan kebutuhan harian kedelai impor di Kudus yang mencapai 20 ton,”tandasnya.

Oleh karena itu, Amar berharap ada solusi jangka pendek atas persoalan tersebut. Menaikkan harga jual tempe dan tahu, dianggap sebagai cara agar produsen tahu tempe tidak merugi.

“Kalau harga tahu dan tempe tidak naik, jangankan untung, balik modal saja masih belum bisa,”tandasnya. (YM/YM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :

No More Posts Available.

No more pages to load.