Ibu Rumah Tangga Asal Kudus Ubah Sampah Plastik Jadi Kerajinan Bernilai Tinggi

oleh -386 kali dibaca

Kudus, isknews.com – Seorang ibu rumah tangga asal Kudus, Jawa Tengah, berhasil mengubah sampah plastik menjadi sumber penghasilan yang bernilai tinggi. Berawal dari keprihatinan terhadap sampah plastik yang mencemari lingkungan, Sri memulai kegiatan bank sampah pada tahun 2012 dan kemudian membuat tas dari sampah plastik daur ulang pada tahun 2014.

Melihat potensi dan respons dari lingkungan sekitar, ia mengajak beberapa temannya di bank sampah untuk ikut memproduksi. Barang-barang hasil olahan mereka dijual dan hasilnya dibagi rata.

“Tas pertama saya buat untuk dipakai sendiri. Tapi lama-lama, teman-teman tertarik ikut membuat. Kami jual dan hasilnya dibagi, walau saat itu pemasaran masih sangat terbatas,” ujarnya.

Tantangan terbesar di awal perjalanan adalah stigma masyarakat yang masih memandang sebelah mata kerajinan dari limbah plastik. Ditambah lagi, Sri mengaku belum paham betul strategi pemasaran. Namun semangat untuk mengedukasi terus dijalankannya. Setiap hari Ahad, ia membuka kegiatan di rumahnya, mengajak ibu-ibu di desa untuk menabung sampah sekaligus belajar membuat kerajinan tangan.

Pemasaran mulai naik ketika suatu hari Dinas Perindustrian datang ke Balai Desa untuk sosialisasi pelatihan kerajinan.

“Sebelumnya ada yang lihat saya pakai tas daur ulang, lalu disuruh ikut pameran dan akhirnya ikut pelatihan resmi,” tuturnya.

Sri tak hanya menunggu bahan datang. Ia aktif menyosialisasikan ke warung-warung agar mereka menjual sampahnya. Dulu pengumpulan sampah masih dilakukan melalui warung, kini masyarakat langsung menyetor ke rumahnya.

“Satu ikat berisi 100 lembar plastik dihargai Rp2.000,” jelasnya.

Sekitar tahun 2014 hingga 2019 menjadi masa kejayaan kerajinan tangan Sri. Produk-produk Bu Sri dipesan oleh Bappeda, Dinas Lingkungan Hidup Kudus, hingga pelanggan dari luar daerah seperti Papua, Prabumulih, Jakarta, dan Gresik. Bahkan pernah mengisi pelatihan di luar kota dan menerima kunjungan rutin dari sekolah dan instansi.

“Waktu itu hampir tiap bulan ada tamu dari sekolah, komunitas, atau dinas. Pemasukan bisa sampai puluhan juta per bulan,” katanya.

Namun pandemi COVID-19 pada 2020 menjadi titik penurunan. Kunjungan dan pemesanan sempat terhenti total. Baru pada akhir 2021, pesanan mulai berdatangan lagi, termasuk dari Medan sebanyak 600 tas dengan dua jenis model. Meski sejak awal 2024 pesanan mulai menurun lagi, Sri tetap bertahan dan terus berkarya.

Produk kerajinan Sri sangat beragam, mulai dari bros, karpet, tas laundry berlapis mika yang tahan lama, hingga kostum bertema lingkungan yang biasa disewa saat Hari Kemerdekaan dan hari besar nasional. Harga produknya bervariasi, dari Rp3.000 hingga jutaan rupiah tergantung jenis dan kerumitan pembuatan.

Untuk menjaga kualitas, proses produksi dimulai dari pencucian bahan plastik, pelipatan, penganyaman, dan perakitan. Satu produk bisa selesai dalam waktu 1–7 hari, tergantung jenisnya. Sri juga aktif mempelajari teknik baru dari YouTube dan rutin memberikan pelatihan gratis kepada warga yang ingin belajar.

 “Harapan saya, Kudus bisa menjadi sentra kerajinan dari barang bekas. Tapi harus sabar dan telaten, karena ini bukan pekerjaan instan,” tutup Sri dengan penuh harap. (Isna)

KOMENTAR SEDULUR ISK :