Kudus, isknews.com – Kehamilan merupakan anugerah yang dinantikan oleh banyak pasangan yang sudah menikah. Namun, tidak sedikit pasangan yang telah mencoba berbagai metode namun belum berhasil hamil.
Dokter Ahli Madya, dr. Siti Norchayati, yang juga menjabat sebagai Kepala UPTD Puskesmas Purwosari Kudus, menjelaskan mengenai kondisi medis yang dikenal sebagai infertilitas, yaitu ketidakmampuan pasangan suami istri untuk hamil setelah melakukan hubungan intim tanpa alat kontrasepsi selama satu tahun atau lebih.
“Infertilitas bisa terjadi pada pria maupun wanita. Namun, sebelum memutuskan adanya masalah infertilitas, perlu ditinjau terlebih dahulu pola hubungan pasangan, apakah sudah tepat dalam mencari masa subur si wanita? Pasangan harus pintar dalam mengenali masa subur agar peluang kehamilan meningkat,” ujar dr. Siti pada Senin (11/11/2024).
Lebih lanjut, dr. Siti memaparkan beberapa faktor penyebab infertilitas pada si ibu sebagai pasangan usia subur (PUS). Salah satu kendala umum adalah jarak, terutama bagi pasangan yang menjalani hubungan jarak jauh atau Long Distance Relationship (LDR). “Saat pasangan bertemu tidak bertepatan dengan masa subur, ini menjadi kendala. Oleh karena itu, penting untuk mempelajari siklus masa subur dan memanfaatkan momen tersebut untuk meningkatkan peluang kehamilan,” jelasnya.
Selain kendala jarak, faktor pola makan dan kesehatan juga sangat berpengaruh. dr. Siti mengimbau agar pasangan suami istri menjaga pola makan sehat dengan mengutamakan konsumsi sayur, buah, serta protein tinggi seperti telur, daging, dan ikan. “Kebiasaan sehat, termasuk berolahraga, juga perlu diterapkan. Ini penting untuk mempersiapkan tubuh yang sehat guna mendukung proses kehamilan,” tambahnya.
Ia juga mengingatkan tentang pentingnya mengurangi konsumsi makanan instan dan pedas sejak usia remaja. “Kebiasaan makan makanan instan dan pedas pada remaja dapat meningkatkan risiko stunting dan mempengaruhi kesehatan reproduksi di masa depan. Maka, mempersiapkan calon ibu yang sehat harus dimulai sejak remaja,” tegas dr. Siti.
Selain itu, status gizi ibu yang terlalu kurus atau obesitas juga menjadi faktor yang dapat menghambat kehamilan. “Kondisi gizi yang tidak normal, seperti kurus atau obesitas, dapat mengganggu proses metabolisme tubuh sehingga memengaruhi kesuburan. Jadi, menjaga keseimbangan gizi sangat penting,” jelasnya.
Untuk mendeteksi masalah kesehatan sedini mungkin, saat ini pemerintah mewajibkan calon pengantin (catin) menjalani pemeriksaan kesehatan di puskesmas sebelum melangsungkan pernikahan. Pemeriksaan ini mencakup tes hemoglobin (HB), gula darah, tes HBsAg untuk deteksi penyakit hepatitis, serta tes HIV/AIDS dan sifilis.
“Melalui pemeriksaan wajib ini, calon pengantin dapat mengetahui kondisi kesehatannya lebih dini, sehingga risiko seperti anemia dan Kurang Energi Kronik (KEK) dapat diminimalisir. Pemeriksaan ini diharapkan dapat membantu mempersiapkan kondisi yang lebih optimal bagi calon ibu,” pungkas dr. Siti.
Dengan adanya program pemeriksaan dini ini, Puskesmas Purwosari berupaya mendukung pasangan usia subur untuk mencapai kehamilan yang sehat dan meminimalisir risiko infertilitas. (AS/YM)