Kudus, isknews.com – Serabi kuah menjadi salah satu jajanan jaman dulu (jadul) yang memiliki cukup banyak penggemar. Makanan tradisional yang memilki bentuk bundar dengan tekstur lembut ini ternyata jarang dijajakan di Kabupaten Kudus.
Salah satu penjual serabi kuah di Desa Barongan, Kecamatan Kota, Kudus, Adetyas Anggraeni, mengungkapkan bahwa serabi kuah ini sedikit berbeda dengan serabi gulung pada umumnya.
Serabi kuah memiliki rasa yang gurih dengan campuran tepung beras dan parutan kelapa pada adonannya. Berbeda dengan serabi gulung yang tidak menggunakan parutan kelapa dan menggunakan santan sebagai campuran adonannya.
“Serabi gulung adonannya sudah manis. Kalau serabi kuah rasanya gurih terus dituang kuah dari santan dan gula jawa,” jelasnya.
Sementara untuk proses pembuatannya, Tyas menyebut, sama dengan pembuatan serabi gulung. Setelah adonan jadi, kemudian dicetak menggunakan wajan khusus yang terbuat dari tanah liat dengan api sedang.
Lalu, dibiarkan selama 3 menit hingga matang. Setelah itu, serabi pun disajikan dengan kuah yang terbuat dari campuran santan dan gula jawa.
“Biasanya yang beli itu ramainya pas pagi hari, sekitar jam 8 pagi,” tambahnya.
Selain sajian serabi yang original, Tyas juga membuat serabi dengan toping pisang, nanas, dan coklat. Namun, yang paling laris diburu pembeli adalah varian yanh original.
Untuk harga sendiri, dia mengaku mematok harga senilai Rp 4 ribu rupiah, terdiri dari dua tangkap serabi original. Sementara untuk toping pisang dan nangka dipatok seharga Rp 5 ribu.
“Kalau yang coklat dijual persatuan serabi, harganya Rp 3 ribu,” imbuhnya.
Selama tiga tahun menjalani bisnis kuliner jadul ini, Tyas menuturkan sudah banyak pembeli yang mampir, baik dari dalam maupun luar kota.
Dalam sehari, dia bisa menghabiskan 2 kilo adonan serabi dengan rincian menjadi 200 porsi. Bahkan pada saat momentum hari raya, Tyas mengaku bisa menghabiskan adonan hingga 5 kilo perhari. (MY/YM)