Kudus,isknews.com – Untuk mewujudkan transformasi layanan kesehatan di tingkat dasar,peran kader Posyandu sebagai ujung tombak menjadi kunci. Melihat hal ini, tim pengabdi dari Institut Teknologi Kesehatan Cendekia Utama Kudus dan Universitas Muhammadiyah Kudus menggelar pelatihan intensif bagi kader di Dukuh Lebak, Desa Cendono, Kudus. Kegiatan yang didanai oleh DPPM Kemdiktisaintek ( Departemen Penelitian dan Pengabdi Masyarakat Kementrian Pendidikan Tinggi , Saint dan Teknologi ) ini bertujuan mengoptimalkan kapasitas kader dalam mengintegrasikan layanan kesehatan primer untuk semua usia (1-30 September 2025).
Kegiatan yang dihadiri oleh kader kesehatan, bidan desa, dan pengurus Aisyiyah Kecamatan Dawe ini secara resmi dibuka oleh Biyanti Dwi Winarsih, selaku ketua tim. Dalam sambutannya, ia menekankan bahwa kader yang terampil dan berpengetahuan adalah fondasi untuk membangun masyarakat yang sehat dan produktif.
“Kader adalah garda terdepan. Melalui pelatihan ini, kami bekali mereka dengan pemahaman dan keterampilan deteksi dini masalah kesehatan yang komprehensif, mulai dari ibu hamil hingga lansia,” ujarnya.
Pelatihan ini dirancang untuk membekali kader dengan ilmu yang aplikatif. Materi yang diberikan mencakup empat pilar kesehatan utama :
- Kesehatan Ibu dan Anak: Pemantauan kehamilan, pentingnya ASI eksklusif, stimulasi tumbuh kembang balita, dan imunisasi.
- Kesehatan Remaja: Edukasi gizi seimbang, pencegahan anemia, kesehatan reproduksi, serta cara mencegah perilaku berisiko.
- Kesehatan Usia Produktif: Fokus pada pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti hipertensi dan diabetes melalui pola makan sehat dan gaya hidup aktif.
- Kesehatan Lansia: Pemantauan tekanan darah dan gula darah secara rutin, serta pentingnya menjaga kesehatan mental di usia senja.
Tidak hanya teori, kegiatan ini juga dilengkapi dengan praktik lapangan langsung. Para kader melakukan simulasi pemeriksaan kesehatan sederhana, berlatih mendokumentasikan hasil pemeriksaan, dan diskusi membahas kasus-kasus yang sering mereka temui di masyarakat.
Menurut Diana Tri Lestari, anggota tim, pelatihan semacam ini crucial untuk membangun sistem kesehatan yang kuat. “Integrasi layanan primer adalah kunci. Dengan kader yang optimal, upaya promotif (peningkatan kesehatan) dan preventif (pencegahan penyakit) dapat berjalan efektif. Pada akhirnya, ini akan menekan angka kesakitan dan komplikasi di masyarakat,” jelas Diana.
Antusiasme pun ditunjukkan oleh para peserta. Ibu Cicik Lia, salah satu kader, mengungkapkan rasa percaya dirinya yang meningkat setelah mengikuti pelatihan. “Kami merasa lebih percaya diri untuk memberikan edukasi dan layanan dasar kepada warga. Ilmunya sangat nyata dan langsung bisa dipraktekkan,” tuturnya.
Sebagai bentuk dukungan berkelanjutan, kegiatan ini ditutup dengan penyerahan bantuan peralatan kesehatan sederhana, buku panduan kader, dan leaflet edukasi untuk melengkapi sarana Posyandu. Diharapkan, langkah kolaboratif antara akademisi dan masyarakat ini dapat menjadi batu pertama bagi terwujudnya pelayanan kesehatan primer yang terintegrasi dan berkesinambungan bagi seluruh lapisan masyarakat.( * )