Kudus, isknews.com – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) yang juga Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, menjadi Imam dan Khatib saat pulang kampung ke Kudus di halaman MI Muhammadiyah Bae, Kecamatan Bae, Kudus, Senin (31/03/2025).
Dalam khutbahnya, Mendikdasmen menekankan pentingnya menahan amarah dan mengelola nafsu demi meraih kehidupan yang sejahtera dan penuh keberkahan.
Pada momen Idulfitri yang penuh makna, dia mengingatkan jamaah tentang pentingnya kesabaran dan pengendalian diri dalam menghadapi berbagai permasalahan kehidupan.
“Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang mulia, sebagaimana firman-Nya dalam QS. At-Tin ayat 4: ‘Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.’ Ini menunjukkan bahwa manusia memiliki keistimewaan dibanding makhluk lainnya,” ujar Mu’ti dalam khutbahnya.
Selain itu, Prof. Abdul Mu’ti menekankan bahwa Allah menegaskan kemuliaan manusia dalam QS. Al-Isra’ ayat 70 dengan memberikan mereka akal, ilmu, dan kemampuan untuk berbuat kebajikan.
“Namun, manusia juga diberikan nafsu yang bisa membawa kepada kebaikan atau keburukan, tergantung bagaimana ia mengelolanya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk membersihkan jiwa agar tetap berada di jalan yang benar,” tambahnya.
Dijelaskannya bahwa kebersihan jiwa dapat dicapai melalui ibadah dan ketaatan kepada Allah.
“Puasa Ramadan adalah salah satu cara mendidik manusia untuk menjaga kebersihan spiritual, intelektual, dan sosial. Bersih secara spiritual berarti menghindari syirik, dosa, dan perbuatan maksiat. Bersih secara intelektual berarti menjauhi prasangka buruk, iri hati, dan kesombongan. Sementara itu, bersih secara sosial mencakup kejujuran dalam mencari nafkah serta kepedulian terhadap sesama melalui zakat, infaq, dan sedekah,” terangnya.
Di era digital saat ini, umat Islam dihadapkan pada tantangan baru, yakni banjirnya informasi yang tidak selalu benar.
“Kita harus lebih berhati-hati dalam menerima dan menyebarkan informasi. Hoaks dan ujaran kebencian yang tersebar luas di media sosial dapat merusak persatuan dan menciptakan perpecahan. Karena antara haq dan hoaks terkadang sulit dibedakan bagi kalangan tertentu. Oleh karena itu, marilah kita menggunakan teknologi secara bijak dan bertanggung jawab,” pesannya kepada jamaah.
Menteri asal Desa Getassrabi, Gebog, Kudus ini juga mengingatkan pentingnya membangun karakter yang kuat melalui pendidikan dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari.
“Pendidikan bukan hanya tentang pengetahuan, tetapi juga tentang membentuk akhlak yang baik dan kebiasaan yang mulia. Dengan demikian, kita bisa menjadi individu yang lebih baik dan memberikan manfaat bagi masyarakat,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa masyarakat yang kuat adalah masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong.
“Kita harus saling mendukung dan menolong, terutama dalam membangun kehidupan yang lebih baik bagi sesama. Dengan demikian, kita bisa menghadapi tantangan zaman dengan lebih baik dan tetap berada dalam lindungan Allah,” katanya.
Menutup khutbahnya, Prof. Abdul Mu’ti mengajak seluruh jamaah untuk memperkokoh persatuan, mempererat tali silaturahmi, serta terus berbuat baik dalam kehidupan sehari-hari.
“Keberhasilan ibadah Ramadan bukan hanya diukur dari seberapa banyak ibadah yang telah dilakukan, tetapi juga dari konsistensi kita dalam menerapkan nilai-nilai kebaikan setelah Ramadan berlalu,” ujarnya. (YM/YM)











