Oleh : Anugrah Imam Satriyo ke Info Seputar Kudus – ISK
Samarang – Joana Stoomtram Maatschappij (SJS) mengajukan konsesi untuk membangun jaringan jalan rel dengan alasan bahwa di daerah Kudus dan Pati terdapat pabrik-pabrik gula yang agak kesusahan dalam cara mengangkut hasil produksinya. Di samping itu tak hanya hasil produksi pabrik gula saja yang menjadi alasan SJS untuk membangun jaringan jalan relnya, akan tetapi hasil bumi seperti kayu jati, kapuk dan kopi serta tras dan bahan-bahan bangunan lainnya menjadi alasan lainnya.
Rencana tersebut di respons positif oleh Pemerintah Hindia Belanda, maka pemerintah memperkenankan SJS untuk membangun jaringan jalan rel. Pemerintah mengeluarkan surat keputusan Gouvernement Besluit (Gvt. Besl.) no. 5 tanggal 18 Maret 1881.
Berdasarkan SK tersebut, SJS membangun jalan rel Semarang-Demak-Joana sepanjang kurang lebih 87,200 km. Pembangunan jalan rel ini dilakukan secara bertahap yakni :
a. Semarang-Genuk sepanjang 6,1 km dibuka 2 Juli 1883.
b. Genuk-Demak sepanjang 19,7 km dibuka 27 September 1883.
c. Demak-Kudus sepanjang 26,4 km dibuka 15 Maret 1884.
d. Kudus-Pati sepanjang 21,2 km dibuka 19 April 1884.
e. Pati-Joana sepanjang 13,8 km dibuka 19 April 1884.
Jalan rel Demak-Kudus merupakan bagian dari jaringan jalan rel Semarang-Joana. Jalan rel dari Demak hingga Kudus berdampingan dengan jalan raya Pantura Demak-Kudus. Pada awal dibangun tahun 1884, Jalan rel Demak-Kudus ketika sampai di Kota Kudus rute berbeda dengan yang sekarang.
Pada saat itu pas depan kantor DPRD (sekarang) jalan rel lurus bersisian dengan jalan Jenderal Ahmad Yani hingga Alun-alun Kudus. di Alun-alun tersebut terdapat sebuah perhentian dan percabangan menuju Pecangaan. Selanjutnya jalan rel berbelok ke kanan bersisian dengan jalan raya Jenderal Sudirman hingga Pasar Kliwon. Nah Stasiun Kudus lama berada di seberang Pasar Kliwon.
Pada tahun 1919, Bangunan Stasiun Baru Kudus selesai dibangun, maka sejak tahun itu rute jalan rel berubah dari Kantor DPRD (sekarang) berbelok ke kanan trus menyusuri Jalan Raya Kyai Agus Salim.
Pada dekade tahun 1980an (-/+ tahun 1986) jalan rel ini beransur-angsur ditutup karena kalah bersaing dengan angkutan jalan raya. Pada dekade ini pembangunan jalan dilakukan secara besar-besaran bersamaan dengan maraknya angkutan jalan.
Kereta api Semarang-Rembang pada waktu itu ditarik lok diesel yang hanya dapat dioperasikan dengan kecepatan sekitar 35 km/jam, tentu saja hal tersebut menjadikan KA kalah bersaing dengan angkutan jalan yang melaju lebih cepat.
Postingan mengenai hasil blusukan di bekas jalan rel kereta api non aktif yang dulu dibangun oleh SJS, saya bagi menjadi beberapa bagian. Untuk kali ini saya akan mengupload hasil blusukan di bekas jalan rel Semarang hingga Demak.
Referensi
1. Sekilas 125 tahun Kereta Api kita 1867-1992 – Ir. Iman Subarkah
2. Kereta Api Dari Masa ke Masa – Roesdi Santoso
Mr