Semarang – Indonesia dibangun tokoh-tokoh yang memandang jauh ke depan bukan hanya sudut pandang pangan apalagi perhiasan. Saatnya yang muda-muda yang berperan dengan kreativitas yang tak gampang padam. Bekerja dan berbuatlah dengan sebaik mungkin. Aku mau berkarya seribu tahun lagi.
Pesan itu disampaikan Najwa Shihab pada akhir syuting program Mata Najwa On Stage di Lapangan Sutera Universitas Negeri Semarang (Unnes) Sabtu (29/8) malam. Acara yang mengambil tema “Cinta untuk Negeri” itu dihadiri sekitar 15 ribu mahasiswa dari perguruan tinggi di beberapa daerah. Antara lain Semarang, Solo, Kudus, dan Salatiga. Sejumlah tokoh dari berbagai latar belakang profesi hadir sebagai narasumber. Mereka adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP, artis senior Titiek Puspa, aktor laga Iko Uwais, dan seniman serbabisa asli Semarang Jubing Kristianto.
“Indonesia sangat kaya budaya namun tak banyak yang mampu menjaga, mengembangkan, dan melestarikannya. Namun Iko Uwais telah mempopulerkan seni bela diri asli Indonesia pencak silat ke mancanegara, Titiek Puspa dan Jubing Kristianto menciptakan beragam karya seni bidang musik untuk negeri tercinta,” kata Najwa.
Beberapa judul film yang dibintangi aktor Iko Uwais adalah Merantau, The Raid, The Raid 2, dan Man Of Taichi, lanjutnya. Filmnya telah mendunia dengan gaya silat khas nusantara. Selama 10 tahun dia belajar silat dan kini menjadi profesi. Latihan tetap dilakukan setiap hari sampai sekarang untuk melestarikan dan menciptakan jurus-jurus baru.
“Pencak silat telah populer di mancanegara. Mereka bukan hanya suka namun juga cinta. Tidak sedikit warga asing sengaja datang ke Indonesia untuk mempelajari silat. Tetapi di Indonesia justru tidak populer dan kurang diminati. Bahkan guru yang mencari murid. Saya Ingin menyebarkan silat ke dan ingin anak anak Indonesia mengenal seni bela diri silat aliran dari berbagai provinsi,” papar Iko.
Seniman serba bisa Jubing Kristianto menambahkan, lagu-lagu daerah dengan lirik khas merupakan kekayaan budaya bangsa namun terabaikan atau kurang mendapat tempat di hati masyarakat Indonesia. Untuk itu di setiap album karyanya selalu menyelipkan lagu daerah. Salah satunya lagu dolanan gundul-gundul pacul yang diarasemen dengan unik dan menarik agar disukai generasi bangsa.
Acara tersebut semakin gayeng dengan kedatangan Titiek Puspa yang melantunkan lagu ciptaannya sendiri “Marilah Kemari” yang diikuti belasan ribu mahasiwa dan tamu undangan. Seniman multitalenta itu mengaku merasa memiliki hutang terhadap bangsa. Sehingga di sisa hidupnya ingin membangkitkan nasionalisme anak-anak Indonesia melalui karyanya.
“Memang ada yang punya nasionalisme, tapi sekarang ibarat agama mereka sudah kehilangan kiblat. Saya trenyuh melihat kondisi anak-anak sekarang yang jauh dari musik dan lagu-lagu daerah. Di rumah anak-anak hanya otak-atik gadget dan melihat program televisi yang tidak mendidik. Untuk itu sekarang saya mencicil dengan membuat lagu-lagu bertema nasionalisme. Saya ingin lagu-lagu karya saya bisa membelai dan memeluk negeri yang indah ini,” harapnya.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan, nasionalisme generasi muda Indonesia memang telah terkikis. Namun tidak sedikit generasi muda yang tetap semangat menjaga dan melestarikan nasionalisme dengan karyadi berbagai bidang. Pengalaman mengikuti kegiatan di sekolah dan lingkungan tempat tinggal dengan berbagai kalangan aktif akan membuat generasi muda kaya pengalaman, wawasan, dan mengasah kepekaan sosial.
“Saya ada program Gubernur Mengajar dengan mendatangi sekolah-sekolah di berbagai daerah. Saat saya ajak dialog atau diskusi mereka ada yang aktif. Bahkan saat siswa SD (Warga, red) di Solo saya suruh menyanyikan lagu daerah ada beberapa yang bisa dan lainnya domblong. Sebenarnya mereka berpartisipasi dengan masyarakat dan berkontribusi untuk negeri asalkan kita gali,” jelasnya.
Anies Baswedan menuturkan, kecintaan terhadap budaya harus didukung oleh semua pihak. Sekolah-sekolah dianjurkan mengadakan ekstrakurikuler tentang budaya asli Indonesia. Antara lain pencak silat dan pengenalan musik serta lagu daerah agar melahirkan ratusan karya lagu nasional, lagu anak daerah dengan ratusan bahasa yang ada yang memang merupakan kekayaan budaya nusantara.
“Cara mengekspresikan kecintaan terhadap Indonesia tidak harus dengan model lama, tapi dapat pula dengan cara dan gagasan baru. Kita harus mendorong kreasi baru, memberikan ruang kepada generasi muda mengekspresikan ide sesuai zamannya untuk menunjukkan nasionalisme. Butuh ikon seperti Iko Uwais untuk mempopulerkan budaya kepada generasi bangsa,” pungkasnya. (HJ)