Menghidupkan Warisan Leluhur, Wilujengan Mitoni Najla Adjani Mahendra Berlangsung Sakral

oleh -852 kali dibaca
Prosesi Mitoni Najla Adjani Mahendra yang digelar pada Rabu Wage, 26 Februari 2025, di Puri Dhalem Kalingga Murdho Djati, Blok Kulon Gebog Gondosari, Kudus.(Foto: YM)

Kudus, isknews.com – Tradisi Wilujengan Mitoni Najla Adjani Mahendra sukses digelar pada Rabu Wage, 26 Februari 2025, di Puri Dhalem Kalingga Murdho Djati, Blok Kulon Gebog Gondosari, Kudus.

Acara yang sarat dengan nilai budaya ini menjadi momen sakral bagi keluarga besar H. Kamal Mustofa dalam menyambut cucu pertama mereka.

Sebagai ritual adat Jawa dalam tujuh bulan kehamilan, mitoni menghadirkan serangkaian prosesi sakral, mulai dari siraman, sungkeman, hingga pagelaran wayang kulit.

Tradisi ini diselenggarakan bukan hanya sebagai wujud syukur atas kehamilan, tetapi juga sebagai bentuk pelestarian budaya yang semakin jarang ditemukan di tengah arus modernisasi.

Dalam acara tersebut, salah satu daya tarik utama adalah pagelaran wayang kulit oleh dalang kondang Ki Purbo Asmoro yang membawakan lakon Tumuruning Wahyu Wiji Sejati. Dengan format pakeliran padat, pementasan ini tidak hanya menjadi hiburan bagi tamu undangan, tetapi juga menyampaikan pesan moral tentang makna kehidupan dan harapan bagi sang bayi yang akan lahir.

Retno Aisah Maharani, seorang mahasiswi Universitas Muria Kudus (UMK), yang turut hadir dalam acara tersebut mengungkapkan kekagumannya terhadap tradisi mitoni ini.

“Wah, keren dan sangat berbudaya Jawa sekali, Mas. Kesakralan dan kearifan lokalnya sangat terasa. Saya baru pertama kali menyaksikan prosesi ini dan benar-benar terkesan,” ujar gadis berusia 21 tahun itu dengan antusias.

Tradisi ini diselenggarakan dengan sangat apik oleh Pengantin Production, pimpinan Ibu Dani Mukti dari Yogyakarta, yang berkolaborasi dengan Max Production Kudus.

Setiap prosesi berlangsung dengan penuh kehikmatan, termasuk momen sungkeman yang menjadi simbol permohonan restu dan doa dari orang tua kepada calon ibu menjelang persalinan.

Kamal Mustofa sang tuan rumah menegaskan bahwa penyelenggaraan mitoni ini bukan hanya sebagai perayaan keluarga, tetapi juga bentuk nyata dari kepedulian terhadap kelestarian budaya lokal.

“Kami ingin menjaga tradisi ini agar tidak punah. Sayang sekali jika generasi mendatang tidak mengenal budaya sendiri. Dengan mengadakan acara seperti ini, kami berharap nilai-nilai luhur dari leluhur tetap diwariskan,” ungkapnya.

Di tengah gempuran budaya asing dan perubahan zaman, acara Wilujengan Mitoni ini menjadi bukti bahwa tradisi Jawa masih memiliki tempat di hati masyarakat.

Harapannya, semakin banyak generasi muda yang tergerak untuk mengenal dan melestarikan adat istiadat yang sarat makna ini. (YM/YM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :