Regulasi Rampung, SMK Maarif Jadi Pilot Sekolah Pengembang Mobiil Listrik di Indonesia

oleh -2,348 kali dibaca

Kudus, isknews.com – Pasca rampungnya regulasi tentang operasional mobil listrik di Indonesia, kini juga merubah mindset Para pendidik di SMK terutama pada jurusan otomotif untuk lebih mengembangkan teknologi mobil listrik sebagai salah satu objek dan praktek pembelajaran.

Begitupun dengan SMK NU Maarif Kudus, setelah sukses dengan praktek pengembangan mobil berteknologi injeksi dan menjadi pilot percontohan baik di skala regional Jawa Tengah hingga nasional, kini sekolah tersebut juga tengah mengembangkan dan berinovasi merancang sebuah mobil listrik di SMK yang berlokasi di Desa Prambatan Lor Kecamatan Kaliwungu Kudus.

Mobil listrik Ev-Green atau electrical vehicle atau kendaraan listrik dan ‘green’ adalah
berbasis hijau karena merupakan solusi mengurangi polusi udara dan warna dinding sekolah yang berwarna hijau (Foto: YM)

Hal itu disampaikan oleh Masrukin, guru yang juga ketua jurusan Teknik Kendaraan Ringan Otomotif (TKRO).  Tak tanggung-tanggung kapasitas mesinnya mencapai 15 kilowatt (KW) sampai 30 KW. ancangan mobil ini merupakan hasil inovasi oleh guru dan siswa SMK dan menurut dia Kendaraan ini masih butuh banyak penyempurnaan lebih lanjut.

“Mobil listrik ini kami namakan Ev-Green atau kendaraan listrik berbasis hijau karena juga merupakan solusi mengurangi polusi udara akibat gas buang kendaraan,” terangnya, Selasa (15/10/2019).

Dari pantauan media ini, mobil ini berbasiskan body mobil city car Chevrolet Spark tahun 2005 yang mesinnnya telah diangkat keluar dan digantikan dengan dinamo motor yang berperan menggerakkan roda, sementara tuas persneleng manualnya kini berfungsi sebagai penghubung kelistrikan pada motor penggerak, selayaknya mobil bertransmisi otomatis.

“Nama mobilnya Ev-Green. Yaitu electrical vehicle atau kendaraan listrik. Adapun kata ‘green’ adalah mengacu dari warna dinding sekolah kami yang berwarna hijau,” kata Masrukin, guru sekaligus penanggung jawab jurusan TKRO kepada media di sekolahannya di Jalan Jepara Prambatan Lor, Kudus, Selasa (15/10/2019).

Menurut dia, pihaknya memang sengaja berinovasi membuat mobil listrik untuk mengaplikasikan ilmu pelajaran di sekolah. Selain juga sebagai bentuk kolaborasi satu sama lain pembelajaran siswa.

“Kami mengembangkan mobil listrik ini berdasarkan dari pengembangan pembelajaran yang disebut dengan STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics). Sekolah ini mendapatkan amanat dari Direktorat Kementerian Pendidikan yakni sekolah pembelajaran dengan model STEM,” jelasnya.

Masrukin menjelaskan, pengembangan mobil listrik ini berdasarkan pengembangan dari pembelajaran Science, Technology, Engineering, dan Mathematics ( STEM). Pembelajaran STEM sendiri merupakan amanat langsung dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

“Amanat Kemendikbud itu mengharuskan adanya kolaborasi beberapa pelajaran. Di mobil listrik inilah kami merepresentasikan kolaborasi tersebut,” lanjutnya.

Untuk spesifikasi mobil listrik sendiri, Masrukin menjelaskan, daya listrik yang digunakan cukup besar. Tak tanggung-tanggung kapasitas mesinnya mencapai 15 kilowatt (KW) sampai 30 KW. Jumlah tersebut bisa menghasilkan kecepatan mencapai 50-60 km per jam.

“Itu masih aman dan kami rasa bisa naik kembali, mungkin sampai 100 km/jam,” jelasnya.

Selain itu, mobil juga dilengkapi dengan pengontrol (controller) yang digunakan untuk mengontrol kecepatan serta perubahan lain yang terjadi ketika mobil dijalankan. “Seperti perubahan dari putaran pelan sampai ke kecepatan putaran tinggi,” terang Masrukin.

Untuk ke depan, pihaknya akan coba menaikkan spek menjadi 75 volt yang bisa menghasilkan kecepatan mencapai 100 km/jam. Batrei yang digunakan juga akan diubah. Dari batrei basah, menuju batrei kering yang bisa digunakan sampai 0 persen.

“Jadi mobil bisa nempuh jarak 200 km sekali pengisian listrik,” tandasnya

“Ada dinamo listrik, dan kekuatannya. Karena kita menggunakan banyak perhitungan, termasuk daya kendaraan, daya yang digunakan kita putuskan menggunakan kekuatan 15 KW-30 KW,” imbuhnya.

Dia menerangkan soal kecepatan mobil. Sejauh ini pihaknya masih terus melakukan riset soal kecepatan. Karenanya pihak sekolah masih terus mencari cara agar bisa akurat perhitungannya.

“Kecepatan mobil ini tahapan riset. Kami masih mencari beberapa cara agar bisa mengukur secara akurat, tepat, berapa kecepatan maksimal. Dari uji coba sementara, bisa 50-60 km per jam tidak masalah. artinya masih bisa di-up (ditambah) andai kata dengan jalan umum dan longgar, saya yakin bisa di-up 100 km per jam,” jelas dia.

“Riil atau aktualnya, kami akan membuatnya untuk kepentingan sekolah dan masyarakat. Kami rencanakan untuk kepentingan mobilitas di sekolah dan bisa juga dibantukan masyarakat sekitar. Biaya perakitan non-unit kita bisa habiskan Rp 60 juta. Belum termasuk baterai,” imbuh dia.

Sementara itu, Dimas Raffi Syechan, seorang siswa yang menjadi pengemudi kendaraan uji coba itu mengatakan, dirinya bersama guru dan kawan-kawan membutuhkan waktu hampir satu bulan untuk membuat mobil listrik.

“Beda mobil listrik dengan mobil manual (non-listrik), mobil listrik ramah lingkungan, tidak polusi. Mobil listrik bisa nangulangi polusi,” terang siswa asal Kabupaten Jepara ini. (YM/YM)



KOMENTAR SEDULUR ISK :

No More Posts Available.

No more pages to load.