Kudus, isknews.com – Dengan menempati 16 kamar di asrama mahasiswa Universitas Muhammadiyah Kudus (UMKU) yang kini tak lagi digunakan oleh para mahasiswa akibat sistem pembelajaran daring. UMKU menyulap tempat tersebut menjadi Shelter bagi pasien isolasi madiri Covid-19 terpusat yang dikelola secara mandiri.
Menggunakan sebanyak 32 tempat tidur (TT) dan ruang ber AC, pembentukan shelter ini UMKU bekerjasama dengan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kudus, Rumah Sakit ‘Aisyiyah (RSA) Kudus, Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC), Lazismu, dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus.
Rektor Universitas Muhammadiyah Kudus, Rusnoto berharap dengan adanya shelter ini bisa membantu mengurangi penularan bagi warga yang terkonfirmasi positif dan harus diisolasi mandiri.
“Dengan nama pesantren, karena di tempat isolasi mandiri ini nantinya mereka juga akan dibina dengan kegiatan rohani, kegiatan kedisiplinan aktivitas sehari-hari jalan. Jadi kita menyebut pesantren supaya orang di dalam tidak disebut sebagai penderita tapi santri,” kata Rektor Rusnoto, kepada wartawan ditemui di lokasi, Rabu (16/06/2021).
“Mereka santri digodok untuk sembuh dari COVID-19. Itu sebagai motivasi untuk sembuh, kita lebih senang untuk menyebut pesantren. Sebetulnya kami memiliki 30 kamar, namun untuk sementara kami siapkan 16 kamar dahulu dengan 32 tempat tidur,” ucapnya.
Ia menegaskan bahwa UMKU akan bekerjasama dengan RS Aisyiyah untuk melakukan screening. “Kita tidak langsung memasukkan mereka yang terkonfirmasi covid-19 ke dalam shelter, namun rekomendasi dari dokter maupun tim kesehatan dari RS ‘Aisyiyah lah yang akan menjadi acuan bagi kita untuk memasukan mereka yang terkonfirmasi positif Covid-19 ke dalam shelter.” ungkapnya.
Tim shelter Covid-19 ini, imbuhnya, juga sudah berkomunikasi dengan para pemangku kepentingan di lingkungan sekitar, guna memastikan keamanan dan kenyamanan bersama.
“Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kehadiran dan support dari pak Bupati dan jajarannya untuk pendirian Shelter ini.” tuturnya.
Sementara itu Bupati Kudus Dr HM Hartopo yang hadir saat pembukaan shelter mangucapkan terima kasih kepada UMKU dan semua pihak yang membantu terealisasinya shelter isolasi mandiri tersebut.
“Atas nama Pemerintah Kabupaten Kudus, saya memberikan apresiasi dan terima kasih sekali, kami sangat bangga dan sangat mendukung atas pembentukan ‘Pesantren Covid-19 Shelter MCCC’. Apalagi pembentukan ruang isolasi mandiri terpusat ini sama sekali tidak membebani anggaran Pemerintah Kabupaten Kudus,” ungkap HM Hartopo saat menyampaikan pidato peresmian Shelter.
Menurutnya, hal ini sangat membantu Pemda untuk upaya isolasi mandiri, mengingat banyaknya warga Kudus yang harus diisolasi mandiri di Asrama Haji Donohudan Boyolali karena keterbatasan ruang isolasi mandiri yang ada di Kudus.
“Pendirian shelter ini sangat luar biasa, mudah-mudahan bisa dicontoh dan bisa diikuti oleh universitas-universitas yang lain, perusahaan atau pabrik-pabrik, maupun seluruh elemen masyarakat yang lainnya, khususnya di tingkat desa.” Ungkapnya.
Ia berharap, mudah-mudahan ke depan, setiap universitas, pabrik, maupun desa yang ada di Kudus mampu menginisiasi pembuatan dan pengelolaan shelter untuk menampung warganya sendiri.
Direktur Rumah Sakit ‘Aisyiyah (RSA) Kudus dr. Hilal Ariadi menjelaskan bahwa selama di Shelter, tim kesehatan dari RSA akan memantau perkembangan pasien melalui visit dokter setiap hari.
“Jika ditemukan ada gejala yang berat, maka akan disediakan ambulance untuk mengantar ke IGD RS, untuk dilanjutkan pemeriksaan. Jika setelah diperiksa ternyata harus isolasi mandiri, maka pasien dikembalikan ke shelter, dan jika kondisinya gawat maka akan dirawat inapkan di RS.” terangnya. (YM/YM)