Kudus, isknews.com – Kepala Dinas Kesehatan Kudus, Joko Dwi Putranto melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dokter F Hikari Widodo menghimbau kepada masyarakat untuk berperilaku hidup sehat, hal tersebut penting untuk meningkatkan kepedulian, kemandirian, dan prilaku yang aman.
“Peningkatan penularan kasus penyakit HIV-AIDS di Kabupaten Kudus tetap diupayakan dalam penanganan nya, karena masih banyaknya kendala yang dihadapi, dan dicari masalahnya,” Ucapnya saat pembukaan pertemuan evaluasi 2 & perencanaan semester 3 tahun 2016-2017 dalam program pengendalian HIV AIDS, di Hotel @Hom Kudus, Selasa- Rabu (25-26/4/2017).
Dirinya mengatakan, Ada tiga rencana tindakan pengendalian HIV-AIDS. Pertama, menurunkan hingga mengeliminasi infeksi HIV baru, kedua, menurunkan hingga mengeliminasi kematian terkait HIV-AIDS, dan ketiga menurunkan stigma dan diskriminasi orang hidup dengan HIV- AIDS (ODHA). “Ketiga tersebut hampir sama dengan pola yang ada sebelumnya.
“Tentunya semua tujuannya adalah mengendalikan epidemi HIV- AIDS secara global. Tidak hanya lokal namun sampai dengan nasional,” paparnya.
Selanjutnya, ada hal yang perlu menjadi perhatian utama yakni populasi kunci, atau keberadaan kaum LSL atau lelaki suka lelaki, waria, wanita pekerja seks.
Populasi kunci didefinisikan sebagai kelompok masyarakat yang paling berdampak pada HIV dan AIDS.
Dirinya memaparkan, Selama ini kami kesulitan mendeteksi siapa saja yang mengidap HIV – AIDS, termasuk pendekatan kepada mereka yang waria, LSL, maupun pekerja seks, dan selama ini pihaknya tidak memiliki akses yang memadai.
“Padahal, kami ditarget untuk mencari ada berapa banyak kasus HIV – AIDS di Kudus, namun masalahnya Kudus tidak memiliki lokaliasi yang juga masuk dalam populasi kunci,” Ujarnya
Oleh sebab itu, Prinsip dasar dalam Strategi Pengendalian HIV AIDS adalah dilaksanakan bersama antara Pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat yang mencakup organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, dan organisasi keagamaan”, papar Hikari
Pihaknya menambahkan, Kampanye Peduli HIV AIDS yang dilakukan saat ini dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang HIV AIDS, menggerakkan peran serta aktif masyarakat secara luas dalam upaya pencegahan penularan HIV, menumbuhkan kesadaran tentang perlunya tes HIV untuk semua orang, serta menghilangkan stigma untuk HIV.
Kami berharap dan menyampaikan ajakan pada semua masyarakat untuk tidak ragu-ragu maupun takut dalam melakukan Tes HIV, tidak melakukan diskriminasi maupun stigma pada orang yang melakukan tes HIV, dan tidak menstigma orang yang terinfeksi HIV, dikarenakan semua orang berpeluang untuk terinfeksi HIV, Sebab “Meningkatnya angka penularan perlu adanya kesinambungan dan pengelolaan yang baik untuk menangani,” Imbuhnya
Sementara itu, Any Willianti, Kasie Surveillance Imunisasi melalui Suwisno, Pengelola Program HIV pada dinas kesehatan kabupaten (DKK) memaparkan rincian capaian Indikator KT POP Kunci pada target semester 2 (bulan juli sampai desember 2016) dengan variabel indikator LSL hasilnya tidak ada capaian dari 38 target, sedangkan untuk waria juga hasilnya tidak ada capaian dari 12 target sebelumnya.
Selanjutnya, wanita pekerja seks (WPS) dengan tes HIV hasilnya ada 2 capaian dari 35 target sebelumnya, untuk Bumil atau ibu hamil diperiksa, hasilnya ada 184 dari 3,482 total target sebelumnya, lalu pasien TB hasilnya ada 4 capaian dari 544 target sebelumnya.
Data kasus HIV – AIDS dari Januari sampai maret 2017, terdapat 2 kasus HIV dengan rentan umur 26-35 ttahun lalu terdapat 1 kasus AIDS rentan umur 26-35 tahun.
Pada tahun 2016, Umur penderita kasus HIV tertinggi terjadi pada rentan umur 36-45, disusul antara umur 26-35 dan 55- 65.
Lalu untuk kasus AIDS umur penderita tertinggi rentan antara 26-45 dan 55-65, sedangkan kasus keduanya yang menyebabkan meninggal dunia antara umur 55-65 tahun. (AJ)