Kudus – Dalam dunia, perempuan adalah sumber inspirasi dengan menjadi olahan petensial lewat kata-kata dari mulai bentuk tubuh, cara berjalan dan segala perilaku hingga cinta diinterpretasikan dalam jagad pikiran lantas diekspresikan lewat sebuah mahakarya. Meski begitu perempuan sebagai obyek tak semata-mata diterjemahkan dengan seenaknya sendiri, banyak sastrawan-sastrawan besar yang mengangkat sosok perempuan kuat dan penuh inspirasi tak kalah dengan kaum lelaki.
Perempuan-perempuan Indonesia sudah jauh lebih berkembang dari yang dicita-citakan R.A. Kartini, pendidikan yang setara dengan kaum pria bahkan menjadi wanita karir, mandiri, pintar. Dalam dunia panggung perempuan juga memiliki gagasan-gagasan kreatif . Strategi gerakan perempuan di Indonesia semakin meluaskan sayap. Jika sebelumnya lebih berkutat pada advokasi lewat lembaga swadaya masyarakat, kini sebagian aktivis semakin memperlebar jangkauan “kampanye” lewat seni teater. Meski Stigma panggung adalah dunia laki-laki dan memiliki moralitas penghibur yang berkesan negatif masih ada dibenak orang-orang yang tentunya berpikiran sempit.
Namun perempuan-perempuan harus bisa memperjuangkan dirinya sendiri sebagai perempuan. Menyuarakan nasibnya dan suara hatinya. Jangan kalah dengan kaum laki-laki yang menjadikan perempuan sebagai sumber inspirasi dalam berkarya lewat keindahan dan tentu saja tetap mengedepankan kodratnya sebagai perempuan, istri dan seorang ibu.