Sosrokartono, Wartawan Perang Pertama Indonesia

oleh -1,159 kali dibaca
Foto Sosrokartono di Pemakaman Sidomukti, Desa Kaliputu, Kecamatan/Kabupaten Kudus, Rabu (31-02-2018). (Nila Niswatul Chusna/ISKNEWS.COM)

Kudus, ISKNEWS.COM – Rasanya tidak akan habis jika membahas mengenai perjalanan seorang Raden Mas Panji Sosrokartono. Setelah dinobatkan sebagai Sarjana Pertama asal Indonesia, perjalanan Sosrokartono terus berlanjut.

Sosoknya sebagai mahasiswa yang aktif memprakarsai terbentuknya sebuah perhimpunan pelajar mahasiswa Indonesia yang ada di Belanda, bersama dengan sejumlah rekannya mendirikan Indische Vereeniging pada 5 November 1908. Indische Vereeniging sebagai wadah berkumpulnya pelajar dan mahasiswa Indonesia di Belanda untuk membahas dan memikirkan masa depan Indonesia.

Perjalanan Sosrokartono berlanjut, keahliannya dalam menguasai 26 bahasa, membawanya menyusuri setiap penjuru Benua Eropa dan menjalankan berbagai macam pekerjaan. Diantaranya pada tahun 1917, dirinya terpilih sebagai wartawan perang sebuah surat kabar ternama dari Amerika yakni The New York Herald Tribune. Setelah melewati serangkaian tes yang berat dan mengalahkan para pesaingnya dari beberapa negara.

Sebagai seorang wartawan perang, ia dikenal sebagai sosok yang cerdik, cekatan, berani dan tenang dalam menghadapi setiap situasi. Hal ini tergambar saat dirinya melakukan peliputan perundingan perdamaian di akhir Perang Dunia I.

“Saat itu terjadi sebuah perundingan rahasia antara Jerman dan Perancis di sebuah gerbong kereta api di Hutan Campienne, Perancis. Karena bersifat begitu rahasia, lokasi tersebut mendapatkan penjagaan yang sangat ketat, bahkan dari jarak satu kilometer dari tempat perundingan telah ditutup dan dijaga oleh sejumlah petugas,” ungkap Juru Kunci Pemakaman Sidomukti, Temu Sunarto (57), Rabu (31-02-2018).

Pengamanan yang ketat, menjadikan wartawan tidak dapat masuk dan mengetahui hasil perundingan tersebut. Akan tetapi hal itu tidak berlaku untuk Sosrokartono. Dengan keberanian dan kecerdikannya, ia dapat masuk dan mengetahui hasil perundingan tersebut.

Esok harinya, diterbitkannya berita mengenai hasil perundingan perdamaian antara Jerman dan Perancis di surat kabar The New York Herald Tribune. Berita tersebut menjadi sorotan banyak pihak, dari kejadian itulah prestasi gemilang sebagai seorang wartawan perang terbaik ditorehkan oleh Sosrokartono.

Berlanjut pada tahun 1918, kepiawaian Sosrokartono dalam menguasai berbagai bahasa asing menghantarkannya terpilih sebagai Juru Bahasa Tunggal oleh Kelompok Blok Sekutu. Tak hanya itu, pada tahun 1920 ia juga di daulat sebagai juru bahasa pada Volkenbond di Genewa (Swiss -red). Pada tahun yang sama, Sosrokartono pernah menyembuhkan seorang anak kebangsaan Perancis yang tengah sakit keras.

“Saat di Genewa, ia menemui seorang anak yang tengah sakit keras, begitu parahnya penyakit yang diderita anak tersebut, menjadikan dokter-dokter merasa tidak sanggup lagi melakukan tindakan medis untuk menyembuhkan anak tersebut. Melihat hal tesebut Sosrokartono tergerak hatinya dengan memberikan sebuah air yang sebelumnya telah dibacakan doa, untuk diminumkan kepada anak tersebut. Dengan izin Tuhan Yang Maha Kuasa, anak tersebut dapat sembuh,” tutur Sunarto.

Lama menetap dan menggembara di Benua Eropa, Sosrokartono akhirnya memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Bergerak bersama rakyat Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. (NNC/AM) Bersambung…

KOMENTAR SEDULUR ISK :