Antrean Kendaraan Sampah dan Infrastruktur Sanitasi Rusak, TPA Tanjungrejo Dikepung Masalah

oleh -1,555 kali dibaca
Gunungan sampah di TPA Tanjungrejo Kudus (Foto: YM)

Kudus, isknews.com – Sejumlah antrean kendaraan pengangkut sampah dan kerusakan infrastruktur sanitasi di lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tanjungrejo acapkali menjadi keluhan warga serta para pengguna TPA. Kondisi ini mencerminkan semakin besarnya tantangan yang dihadapi pengelola TPA dalam mengatasi volume sampah yang terus meningkat, sementara fasilitas penunjang kian terbatas dan kurang optimal.

Kepala UPT TPA Tanjungrejo, Eko Warsito, mengungkapkan bahwa lokasi pembuangan sampah yang telah beroperasi sejak tahun 1991 ini kini berada dalam kondisi kritis. Dengan luas total 5,6 hektare, sekitar 4 hektare digunakan sebagai area pembuangan aktif, sedangkan sisanya dialokasikan untuk perkantoran, timbangan, pengolahan pupuk granul, dan pemilahan sampah.

“Kerusakan alat berat menjadi salah satu kendala utama dalam pengelolaan. Saat ini hanya satu alat berat yang berfungsi, padahal idealnya kami memerlukan empat alat berat. Kalau satu rusak, alat lainnya bisa menggantikan. Sekarang, jika alat satu-satunya ini rusak, operasional akan terganggu,” ujar Eko Warsito, Selasa (14/1/2025).

Volume sampah yang masuk ke TPA Tanjungrejo juga terus meningkat. Setiap hari, TPA menerima sekitar 200 ton sampah, naik dari rata-rata 175 ton pada tahun-tahun sebelumnya. Eko menjelaskan, peningkatan ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti pertumbuhan penduduk, kegiatan besar di daerah, dan keberadaan mahasiswa kos yang tidak terdata dalam jumlah penduduk resmi.

“Sampah yang masuk setiap hari harus segera diolah agar tidak menumpuk. Kami beroperasi dari pukul 6 pagi hingga sore untuk memastikan tidak ada sampah yang dibiarkan hingga keesokan harinya,” tambah Eko.

Namun, keterbatasan fasilitas di lokasi TPA menimbulkan efek domino. Antrean panjang kendaraan pengangkut sampah sering terjadi karena minimnya alat berat untuk menata dan memadatkan sampah. Hal ini kerap dikeluhkan oleh para pengemudi kendaraan pengangkut sampah yang terpaksa menunggu lebih lama untuk membongkar muatan.

Di sisi lain, kerusakan infrastruktur sanitasi juga menjadi persoalan. Bau menyengat sering dikeluhkan oleh warga sekitar. Meski penyemprotan disinfektan dilakukan secara berkala, Eko menyebut bahwa hal ini belum cukup untuk mengatasi masalah sanitasi secara keseluruhan.

“Anggaran yang tersedia untuk perawatan alat dan infrastruktur sangat terbatas. Kami berharap pemerintah daerah segera mengambil langkah untuk pengadaan alat berat baru dan perbaikan fasilitas pendukung,” jelasnya.

Kesadaran masyarakat untuk memilah sampah sejak dari rumah juga dinilai masih rendah. Sampah yang masuk ke TPA sebagian besar bercampur, sehingga menyulitkan proses pemilahan di lokasi. “Jika masyarakat sudah memilah sejak dari rumah, residu yang harus diolah di TPA akan jauh lebih sedikit,” kata Eko.

TPA Tanjungrejo juga dihadapkan pada masalah kurangnya infrastruktur di tingkat hulu, seperti minimnya TPS (Tempat Penampungan Sementara) dan sistem pengelolaan sampah berbasis desa. Hal ini membuat sampah dari berbagai wilayah langsung dikirim ke TPA tanpa pengolahan awal, sehingga memperparah kondisi overload.

Menurut Eko, jika tidak ada langkah strategis untuk meningkatkan fasilitas dan sistem pengelolaan, kondisi TPA Tanjungrejo akan semakin memburuk. “Sampah itu masalah yang tidak bisa diabaikan. Kalau dibiarkan tanpa solusi, apa yang akan terjadi dengan Kabupaten Kudus ke depannya?” pungkasnya.

Untuk mengurangi beban, Eko mengusulkan agar pemerintah mempercepat pembangunan TPS 3R (Reduce, Reuse, Recycle) di setiap desa. Dengan adanya TPS 3R, sampah dapat diolah lebih awal sebelum dikirim ke TPA. Selain itu, edukasi kepada masyarakat terkait pentingnya pengelolaan sampah berbasis rumah tangga juga perlu digencarkan.

Sementara itu, sejumlah organisasi lingkungan di Kabupaten Kudus menyuarakan pentingnya integrasi teknologi dalam pengelolaan sampah. Mereka mengusulkan agar TPA Tanjungrejo mulai menerapkan metode pengolahan berbasis teknologi modern, seperti pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa), yang dinilai mampu mengurangi volume sampah secara signifikan sekaligus memberikan manfaat tambahan berupa energi listrik.

Dalam waktu dekat, UPT TPA Tanjungrejo berencana mengajukan proposal pengadaan alat berat baru kepada pemerintah daerah. Eko berharap, dengan adanya dukungan yang lebih serius dari pemerintah dan keterlibatan masyarakat, tantangan yang dihadapi TPA dapat segera teratasi dan pengelolaan sampah di Kabupaten Kudus bisa berjalan lebih optimal. (YM/YM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :

No More Posts Available.

No more pages to load.