Dalam Semalam, 100 Ekor Tikus Terbunuh Terperangkap Aliran Listrik Di Lahan Sawah

oleh -1,043 kali dibaca


KUDUS, iksnews.com – Lahan sawah di Desa Jati Wetan, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, juga tidak luput dari serangan hama tikus. Banyaknya hama yang menyerang tanaman padi milik petani itu, bisa dilihat dari jumlah hewan yang mati, dalam setiap malam, yakni mencapai sekitar 100 ekor, akibat terperangkap atau tersentuh kabel listrik yang dipasang untuk melindungi lahan pertanian.
Kepala Desa Jati Wetan, Suyitno, yang dihubungi isknews.com, Sabtu (23/1), membenarkan hal itu. Dia mengatakan, dari informasi yang disampaikkan oleh gabungan kelompok tani (Gapoktan) Desa Jati Wetan, upaya yang dilakukan oleh para petani di desanya dalam memerangi hama tikus, adalah dengan memasang pagar plastic, dan kawat yang dialiri listrik. Hasilnya, dalam satu malam, sekitar 100 ekor tikus, mati akibat tersengat listrik. “Kalau di desa lain mungkin kebanyakan aliran listrik untuk mengamankan lahan sawah itu mengambil dari rumah warga, kalau di Jati Wetan ini menggunakan genset.”

Adanya serangan hama tikus itu, ungkapnya lanjut, tidak mengurangi hasil panen padi oleh petani setempat. Tercatat yang sudah panen adalah Gapokten Banteng Utara, seluas 3 hektar dari luas lahan seluruhnya 8 hektar, lokasi lahan sawahnya di sekitar Pasar Burung. Panen juga dialami oleh Gapokten Banteng Selatan, yang lahan sawahnya di sepanjang jalan lingkar selatan, seluas 4 hektar dari luas lahan sawah keseluruhan 11 hektar. “Hasil produksinya cukup bagus, rata-rata mencapai 5-7 ton per hektar, dengan harga Rp 4500 per kilogram gabag kering basah (GKB).”

Menyinggung tentang kebutuhan air irigasi, Suyitno menerangkan, hampir semua lahan sawah di Desa Jati Wetan, adalah sawah tadah hujan dan irigasi teknis. Untuk yang irigasi teknis, kebutuhan airnya berasal dari bendungan Tambak Lulang di Desa Ploso, yang mengalir melalui saluran di sebelah selatan Kantor PLN, jalan Agil Kusumadia, dan di depan pasar burung, sampai ke proliman Desa Tanjung Karang. Dengan ketergantungan dari tadah hujan dan dari Sungai Kaligelis itu, pelaksanaan taman padi hanya bisa dua musim tanam (MT), yakni MT-1 dan MT-2. Pada MT-3, penanaman padi tidak dilakukan, karena jatuh pada musim kemarau dan sulit air
“Sekarang ini, debit air sungai di Dukuh Semliro, Desa Rahtawu, yang menjadi mata air Sungai Kaligelis, sudah semakin kecil. Sehingga pasokan air ke bawah atau hilir pun semakin berkurang.”(DM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :