Kudus, isknews.com – Sekelompok pemuda dari Dukuh Turus RW 8 Desa Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo, Kudus mendatangi area galian C di kawasan tak jauh dari kediaman mereka dan meminta dihentikannya aktivitas penggalian oleh sejumlah operator galian C akibat dinilai menyalahi perjanjian yang disepakati bersama dengan mereka, Jumat (25/02/2022).
Menurut mereka, operator yang sedang mengerjakan penggalian di salah satu sudut kawasan sebelah utara telah melakukan pengeprasan tebing langsung dari atas kebawah tanpa membuat jalur terasering sesuai sesuai perjanjian aktivitas penambagan tidak boleh mengepras langsung tebing dari atas kebawah namun harus dibuat jalur berundak untuk keamanan penambang mapun warga.
Dikhawatirkan oleh mereka, Galian tebing yang lokasinya tak Jauh dari instalasi PDAM dan bibir Bendungan Logung ini, jika tanpa adanya terasering atau tebing berundak akan berbahaya pada situasi tertentu. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari potensi longsor saat musim penghujan. Selain itu, tebing berundak juga untuk mencegah potensi celaka warga setempat.
“Tak hanya itu, dalam perjanjian penggalian hanya berjarak 20 meter dari jalan, namun penambangan dilakukan hingga melebihi batas. Melihat itu kami yang kebetulan sedang kerja bakti lingkungan spontanitas bersama warga datang ke lokasi penambangan dan meminta operator memberhentikan aktivitas tambang,” kata Kusman yang ditunjuk menjadi juru bicara warga.
Apalagi kata Kusman, sang pemilik lahan juga pernah berpesan kepada pihaknya, bahwa apabila operator dan pekerjanya melakukan kesalahan dipersilakan untuk diberi tegoran.
Dari pantauan media ini di lokasi, di wilayah RW 8 Dusun Turus ada dua titik aktivitas penambangan. Satu lokasi yang diprotes warga sudah berhenti beroperasi. Sementara di sebelahnya, alat berat masih beroperasi mengeruk tebing.
“Setelah kami protes, aktivitas penambangan yang sebelah utara langsung berhenti. Sementara yang di sebelahnya masih beroperasi karena masih sesuai perjanjian awal,” ujarnya.
Kepala Desa Tanjungrejo Christian Rahardiyanto membenarkan adanya aksi protes warga tersebut. Namun aksi itu murni disebabkan adanya kesalahpahaman operator alat berat di lokasi kejadian.
“Ada kesalahpahaman saat proses merapikan tebing. Aktivitas pengerukan yang diprotes sudah berhenti,” katanya. (YM/YM)