Eks Napiter Abu Tholut Ingatkan Tahun Politik Rawan Ditunggangi Anasir-Anasir Intoleran dan Radikal

oleh -1,752 kali dibaca
Abu Tholut (tengah) Eks Napiter Mantan Ketua Mantiqi III Abu Tholut (tengah) saat menyampaikan pandangannya terkait Pemilu 2024, Senin 25/09/2023 (foto: YM)

Kudus, isknews.com – Jelang Pemilu Legislatif, Pilpres dan Pilkada yang akan berlangsung tahun 2024 atau yang dikenal dengan tahun politik Indonesia, sehingga secara sosial juga berdampak pada tingginya tensi politik di masyarakat.

Suasana ini sangat berpotensi ditunggangi oleh kelompok-kelompok tertentu yang bisa berdampak memecah belah negara.

Menanggapi adanya itu, Eks Napiter yang juga eks Ketua Mantiqi 3 (Mindanau, Filipina, Singapore, Indonesia, Australia) Jamaah Islamiyah (JI) Abu Tholut, memberikan beberapa pesan kepada masyarakat dan para eks Napiter bahwa Pemilu 2024 rawan ditunggangi kelompok berpaham radikalisme dan intoleransi yang berpotensi memecah belah kesatuan bangsa.

Untuk itu, Abu Tholut mengimbau seluruh umat muslim serta seluruh masyarakat pada umumnya untuk tidak mempercayai isu atauh hoaxs yang dapat membuat situasi tidak kondusif.

“Saya mengimbau kepada masyarakat, umat islam, rekan-rekan eks Napiter jangan sampai terpangaruh isu yang tidak benar hoaks atau yang mempengaruhi kondusivitas,” kata pria yang pernah ditangkap Densus 88 pada 10 Desember 2010 di kediamannya di Desa Bae, Kecamatan Bae tersebut , Senin (25/09/2023).

Pada tahun-tahun politik seperti ini, Abu Tholut mengatakan bahwa dimungkinkan ada peningkatan skala konflik dalam bentuk kepentingan dari kelompok yang terlibat pemilu.

Selain itu, dimungkinkan ada kelompok-kelompok tertentu yang akan memanfaatkan situasi ini.

“Biasanya pendukungnya lebih fanatik dari tokohnya sendiri. Atau ada kelompok yang memanfaatkan konflik suasana tersebut, tentunya ada dampak atau efek samping, ” kata Ustad yang pernah divonis 8 tahun penjara dan bebas pada Oktober 2015 ini.

Menurut Abu Tholut yang kini telah kembali membela NKRI dan seringkali menjadi pembicara dalam tema-tema deradikalisasi bersama institusi Polri ini, efek samping dari panasnya tahun politik ini sangat rawan ditunggangi kelompok radikalisme dan intoleransi.

“Saya mengimbau kepada masyarakat, umat islam, rekan-rekan eks Napiter jangan sampai terpangaruh isu yang tidak benar hoaks atau yang mempengaruhi kondusivitas,” katanya.

Untuk kondisi rekan-rekan Eks Napiter dalam menyikapi tahun politik, Abu Tholut mengatakan bahwa banyak dari rekan Eks Napiter yang sudah berikrar dengan NKRI.

“Banyak yang sudah menyatakan ikrar dengan NKRI, sebagian besar dari mereka sudah membaur dengan masyarakat. Termasuk pola pikirnya juga sudah mengikuti apa yang terjadi di masyarakat,” jelasnya.

Dia mengatakan meski demikian ada sebagian kecil dari rekan eks Napiter yang masih punya pikiran pemilu tidak berfaedah.

“Ada yang mempunyai pemikiran bahwa pemilu tidak ada faedah justru malah ingin menggagalkan, namun kelompok ini sepertinya sudah melemah,” terangnya.

Dia berpesan kepada para Eks Napiter untuk bisa memahami islam secara sebenar-benarnya.

“Marilah memahami islam sebenar-benarnya. Bahwa suatu negara butuh pemimpin. Mari kita menyesuaikan diri pilihannya kalau ada maslahah dan mudorot kita pilih maslahah yang besar kalau mudorot pilih mudorot yang kecil,” katanya.

Meski dia melihat pemimpin yang ada saat ini masih jauh dari ideal, namun dia menyebut keberadaan pemimpin bangsa masih sangat penting dengan mensitir sebuah hadist nabi yang menyebut bilamana ada tiga orang sedang safar (berpergian), maka hendaklah salah satu diantaranya dijadikan pemimpin.

“Islam mengajarkan pentingnya ada pemimpin. Hadist nabi tersebut mencontohkan pentingnya pemimpin dalam skala terkecil pun,”tandasnya. (YM/YM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :

No More Posts Available.

No more pages to load.