Kudus, isknews.com – Kampung Budaya Piji Wetan kembali menggelar Festival Pager Mangkok #3 pada pekan ini. Agenda tahunan KBPW ini bakal digelar selama tiga hari, Jumat – Minggu (23-25/2024).
Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, FPM #3 ini merupakan agenda tahunan memperingati hari lahir Kampung Budaya Piji Wetan. Hanya saja tahun ini, agenda FPM #3 dialihkan di bulan Februari 2024.
Ketua Panitia Festival Pager Mangkok #3 KBPW, Baidlowie mengungkapkan bahwa FPM #3 kali ini mengangkat tema “Merekam Muria, Menyulam Era”.
Dlowie, sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa tema ini dimaksudkan untuk mengajak masyarakat Kudus dan sekitarnya untuk menyelami kembali terkait Muria dan kehidupan di dalamnya.
Konsep budaya dan pengarsipan yang ditawarkan dalam FPM #3 ini diharapkan menjadi benang merah yang mengikat antara masa lalu dan masa depan melalui kerja-kerja kebudayaan di Lereng Muria.
“Tahun ini FPM cukup berbeda karena diselenggarakan bulan Februari, namun secara pelaksanaan masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya,” kata Dlowie, Rabu (21/2).
Pada pelaksanaannya, kata dia, hari pertama tetap dilaksanakan kirab budaya. Kirab ini menjadi simbolis masyarakat untuk menghidupkan falsafah yang diajarkan Sunan Muria, yakni Tapangeli dan Pager Mangkok.
“Kirab dari Panggung Ngepringan menuju Punden Depok, dengan membawa gunungan hasil bumi, tomplingan berisi nasi berkah dan rombongan kirab,” terangnya.
Selain kirab, FPM #3 turut dimeriahkan dengan pameran arsip, pentas pertunjukan seni, artist talk, orasi budaya hingga pameran UMKM warga.
Dlowie juga menambahkan, pameran arsip ini diharapkan dapat menciptakan ruang lingas generasi untuk merespons gagasan melalui seni rupa, teks, dokumentasi benda dan pengarsipan.
“Bagaimana memunculkan harapan untuk menumbuhkan minat masyarakat dalam mengarsipkan dan mengekspresikan gagasan melalui medium apa pun,” imbuhnya.
Sementara itu, Koordinator KBPW, Muchammad Zaini menyampaikan bahwa nilai-nilai dan praktik kebudayaan perlu diwariskan dari generasi ke generasi.
Oleh sebab itu, kata dia, dengan adanya kegiatan ini, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran terhadap pelestarian budaya serta memperkuat jalinan sosial di tengah masyarakat.
“Melalui kerja-kerja kolektif, budaya bisa bertahan dan berkembang, serta memberikan dampak baik pada kehidupan manusia,” tambah lelaki yang akrab disapa Jessy Segitiga itu. (AS/YM)