Harga Gabah Ketan di Undaan Merosot, Petani Pertimbangkan Kembali Tanam Padi

oleh -1,238 kali dibaca
oleh
Dua orang petani sedang mengolah padi menggunakan mesin selep.(Foto: YM)

Kudus, isknews.com – Memasuki masa panen di Kecamatan Undaan, Kudus, harga gabah ketan mengalami penurunan signifikan akibat produksi melimpah dan permintaan yang stagnan.

Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Undaan Lor, Rohman, menyebutkan harga gabah ketan saat ini hanya berkisar Rp6.200 per kilogram, jauh dari harga sebelumnya yang sempat mencapai Rp10.500 per kilogram. Kondisi ini membuat petani mulai mempertimbangkan kembali menanam padi pada musim tanam berikutnya, terutama setelah pemerintah menetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp6.500 per kilogram, Rabu (26/02/2025).

Dalam lima tahun terakhir, banyak petani di Undaan beralih dari padi ke ketan karena nilai jual yang lebih menguntungkan.

Namun, penurunan harga tahun ini membuat keuntungan mereka menyusut.

“Masa tanam pertama tahun ini hasilnya bagus. Per hektare lahan bisa menghasilkan 8-10 ton. Hanya saja, harga jualnya turun drastis,” ujar Rohman.

Ketua Gapoktan Undaan Tengah, Darwoto, menambahkan bahwa ketan memiliki masa panen lebih panjang dibanding padi, sekitar dua minggu lebih lama.

Namun, dari segi perawatan, tidak ada perbedaan mencolok dalam pemupukan dan pengendalian hama. Ia menilai penurunan harga saat ini menjadi pukulan bagi petani yang sudah berinvestasi lebih dalam menanam ketan.

Di sisi lain, Koordinator Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Undaan, Alfian, menyebutkan bahwa sekitar 80 persen lahan di wilayah tersebut telah ditanami ketan pada musim tanam pertama (MT 1).

“Dari total 5.685 hektare lahan, sekitar 4.548 hektare ditanami ketan, sisanya padi.

Sayangnya, gabah ketan tidak terserap oleh Bulog, ini menjadi kendala utama,” jelasnya.

Meski demikian, Alfian memastikan ketersediaan pupuk di Undaan masih mencukupi, sehingga petani tetap bisa melakukan perawatan tanaman dengan baik. Namun, tantangan terbesar tetap ada pada pemasaran hasil panen.

Sementara itu, anggota Komisi B DPRD Kudus, Budiono, menilai bahwa kebijakan HPP gabah sebesar Rp6.500 per kilogram cukup berpihak kepada petani, termasuk di Kecamatan Undaan. Ia berharap kebijakan ini bisa bertahan lama dan mendukung stabilitas harga.

Menurut Budiono, Undaan merupakan salah satu lumbung padi terbesar di Kudus. Oleh karena itu, jika terjadi pergeseran besar-besaran dari padi ke ketan, ada potensi dampak pada ketahanan pangan daerah.

“Sayang jika salah satu penopang ketahanan pangan ini bergeser ke ketan. Namun, apa pun yang dipilih petani, selama lebih menguntungkan, harus tetap didukung oleh kebijakan pemerintah lokal, termasuk pengembangan infrastruktur pertanian,” tegasnya.

Dengan kondisi harga yang fluktuatif, petani kini berada dalam posisi dilematis. Keputusan untuk tetap menanam ketan atau kembali ke padi akan sangat bergantung pada perkembangan harga di pasar dan keberlanjutan kebijakan HPP yang diterapkan pemerintah. (YM/YM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :
oleh