HARI SANTRI 2018 : Santri Kudus Diminta Terapkan Filosofi Gusjigang

oleh -4,000 kali dibaca
oleh
Para satri antusias mengikuti upacara Hari santri 2018 di Alun-Alun Simpang Tujuh Kudus yang mengabil tema (" Bersama Santri Damailah Negri" Senin (22/10/2018). Dipimpin Bupati Kudus M Tamzil, santri Kduus diminta menerapkan filosofi Gusjigang yang telah diwariskan Sunan Kudus. (Myukhlisin/ISKNEWS.COM)

Kudus, ISKNEWS.COM – Hari santri nasional diperingati secara serentak di selruuh Indonesia, Senin (22/10/2018). Tak terkecuali di Kudus, para santri mengikuti upacara peringatan hari santri di Lapangan Alun-Alun Simpang Tujuh Kudus.

Sejak pagi para santri sudah memadati sekitar Alun-Alun Simpang Tujuh. Sembari menunggu Bupati Kudus M Tamzil dan Hartopo memimpin upacara rutin untuk aparatur sipil negara (ASN) di Kantor Bupati Kudus, para santri nampak bersemangat memperingati Hari Santri yang telah ditetapkan Presiden Joko Widodo sejak 2015 lalu.

Santri putra maupun putri secara kompak memakai pakaian khas ala santri dan Kudusan. Santri putra memakai sarung batik, koko putih, dan peci atau iket Kudusan. Sementara santri putri memakai jarit atau kain batik atau sarung batik, berkebaya dan memakai jilbab layaknya seorang satri pondok.

Para satri antusias mengikuti upacara Hari santri 2018 di Alun-Alun Simpang Tujuh Kudus yang mengabil tema (” Bersama Santri Damailah Negri” Senin (22/10/2018). Dipimpin Bupati Kudus M Tamzil, santri Kudus diminta menerapkan filosofi Gusjigang yang telah diwariskan Sunan Kudus. (Myukhlisin/ISKNEWS.COM)

Pukul 07.30 WIB bupati dan wakil bupati Kudus memasuki lapangan upacara. Tamzil dan Hartopo kompak mengenakan sarung batik coklat, baju putih dan iket Kudusan. Bupati Tamzil menegnakan sarung batik bermotif cengkeh dan tembakau, sedangkan Wakil Bupati Hartopo mengenakan sarung batik bermotif Menara Kudus.

Keramahan Bupati dan Wakil Bupati Kudus periode 2018-2023 nampak terlihat ketika memasuki lapangan upacara. Satu per satu anggota GP Ansor dan Banser Kudus yang menjadi pagar betis disalami. Hal itu juga diikuti jajaran pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD), pimpinan DPRD, dan Forkopimda Kudus yang berada di belakang Tamzil dan Hartopo.

Upacara peringatan Hari Santri 2018 berjalan lancar dengan dipimpin langsung Bupati Tamzil. Ketua Banser Kudus Wawan Awaludin menjadi komandan upacara. Salah satu susunan acara adalah pembacaan ikrar santri Indonesia. Tamzil dalam sambutannya menyampaikan, sebagai umat islam harus bangga dengan ditetapkannya hari santri di Indonesia yang diperingati setiap 22 Oktober.

“Santri bersama para kiai dan ulama mampu mengawal kokohnya negara kesatuan republik Indonesia (NKRI). Selalu berada di garda terdepan mengawal NKRI,” tuturnya.

Tahun ini, katanya, peringatan hari santri mengambil tema “Bersama Santri Damailah Negeri”. Harapannya para santri tetap berdedikasi untuk negeri dengan menyebar toleransi dalam berbangsa dan negara.

Menurut Tamzil, santri adalah umat islam yang memiliki basis keilmuan memadai, basis berpikir yang terbuka dalam menyebarkan agama islam, untuk menjadikan Indoensia rahmatan lil alamin, cinta tanah air berlandaskan agama.

Tamzil menambahkan, santri memiliki sejarah resolusi jihad atas cintanya terhadap tanah air. Sebagai bangsa yang multikultural Indonesia dihadapkan dengan banyaknya budaya, suku dan perbedaan. Banyak persoalan yang berpotensi memecah belah bangsa, khususnya di tahun politik seperti sekarang ini.

“Santri harus berperan dan tampil selangkah lebih kreatif maju untuk menyuarakan kerukunan dan perdamaian di masarakat. Seperti di tahun politik seperti ini diharapkan dapat berperan untuk ikut menjaga persatuan dan kesatuan bangsa agar tidak terpecah hanya karena perbedaan,” tandasnya.

Hal itu menurutnya merupakan wujud peran serta santri ikut menjaga kedaulatan RI. Yang tidak kalah penting, lanjutnya, khusus untuk santri di Kudus diminta meneladani Sunan Kudus. Salah satunya adalah menerapkan filosofi Gusjigang.

Para satri antusias mengikuti upacara Hari santri 2018 di Alun-Alun Simpang Tujuh Kudus yang mengabil tema (” Bersama Santri Damailah Negri” Senin (22/10/2018). Dipimpin Bupati Kudus M Tamzil, santri Kduus diminta menerapkan filosofi Gusjigang yang telah diwariskan Sunan Kudus. (Myukhlisin/ISKNEWS.COM)

“Santri yang bagus adalah yang tetap bersemangat belajar dan mengaji serta dibarengi dengan berwirausaha. Sebab wirausaha adalah ruh warga Kudus yang telah diwariskan Sunan Kudus,” tukasnya.

Di era kepemimpinannya Tamzil mengajak para santri dan seluruhmasyarakat Kudus untuk bersinergi mewujudkan Kudus yang relijius, moderen, cerdan dan sejahtera. Taglinnya itu pun kini sudah dilaksanakan sejak dilantik.

salah satunya dengan mengeluarkan kebijakan memakai pakaian khas Kudusan setiap tanggal 23 tiap bulan. Bagi pegawai di lingkungan Pemkab Kduus laki-laki memakai sarung batik, atasan baju putih dan iket Kudusan, sedangkan bagi perempuan memakai jarit batik dan kebaya, serta jilbab bagi yang beragama islam.

Hari Santri ditetapkan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo pada 2015 melalui Keppres Nomor 22 Tahun 2015. (MK/YM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :

No More Posts Available.

No more pages to load.