Kudus, isknews.com — Mata perih, berair, atau terasa mengganjal kerap dianggap sepele. Namun, kondisi tersebut bisa jadi tanda sindrom mata kering—gangguan yang tak hanya mengganggu kenyamanan, tetapi juga berpotensi menurunkan fungsi penglihatan jika dibiarkan.
Fenomena ini semakin sering dialami masyarakat modern, terutama mereka yang beraktivitas lama di depan layar gadget atau komputer. Dokter Spesialis Mata RS Sarkies Aisyiyah Kudus, dr. Manista Astriyani, menjelaskan bahwa air mata memiliki peran vital untuk menjaga kelembapan dan melindungi mata dari iritasi.
“Bila produksinya berkurang, muncul sindrom mata kering yang menyebabkan rasa kering, perih, dan berisiko mengganggu penglihatan,” ujar dr. Manista.
Menurutnya, gejala sindrom mata kering tidak hanya berupa rasa kering semata. Mata bisa terasa cepat lelah, pandangan buram, hingga timbul lendir di sekitar mata. Beberapa penderita juga mengeluhkan sensitivitas terhadap cahaya dan rasa tidak nyaman saat membaca atau menatap layar dalam waktu lama.
Banyak Penyebab, dari Usia hingga Gadget
dr. Manista menyebutkan bahwa proses penuaan merupakan salah satu penyebab alami. Seiring bertambahnya usia, produksi air mata akan menurun. Namun, faktor lain seperti penyakit autoimun (rheumatoid arthritis, penyakit tiroid, lupus), kerusakan saraf akibat penggunaan lensa kontak terlalu lama, serta obat-obatan tertentu juga berpengaruh.
“Obat seperti pil KB, antihipertensi, obat jantung, alergi, antidepresan, dan obat maag bisa memicu mata kering,” tambahnya.
Di era digital seperti sekarang, penggunaan gadget berlebih menjadi penyebab utama baru. Ketika terlalu fokus menatap layar komputer atau ponsel, seseorang cenderung jarang berkedip. Akibatnya, pelumasan alami mata berkurang dan permukaan mata menjadi lebih kering.
“Selain itu, paparan radiasi dan efek operasi mata seperti lasik atau katarak juga bisa menyebabkan mata kering sementara,” jelasnya.
Diagnosis dan Pemeriksaan oleh Dokter Spesialis Mata
Untuk memastikan diagnosis sindrom mata kering, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan. Di antaranya tes visus untuk menilai ketajaman penglihatan dan tes Schirmer yang menggunakan kertas khusus untuk mengukur produksi air mata dalam lima menit.
Pemeriksaan lain adalah tear break up time (TBUT) untuk mengukur ketahanan air mata di permukaan mata sebelum menguap.
“Hasil tes membantu kami memahami kondisi lapisan air mata pasien,” terang dr. Manista.
Jika tidak segera ditangani, mata kering bisa berkembang menjadi gangguan penglihatan serius. Karena itu, selain pengobatan medis, perubahan gaya hidup juga berperan penting dalam pencegahannya.
Langkah Pencegahan: Dari Screen Time hingga Hidrasi Tubuh
dr. Manista menyarankan agar masyarakat membatasi waktu menatap layar (screen time), tidak mengucek mata, menjaga asupan cairan tubuh, serta memberi waktu istirahat pada mata setelah beraktivitas intens.
“Jangan mengucek mata saat terasa kering atau gatal, karena justru dapat melukai bola mata. Segera periksakan ke dokter spesialis mata,” tandasnya.
Pelayanan Premium RS Sarkies Aisyiyah Kudus
Masyarakat dapat berkonsultasi langsung dengan dr. Manista di RS Sarkies Aisyiyah Kudus, rumah sakit tipe C yang menjadi rujukan utama pasien dari Kudus dan sekitarnya. Di bawah naungan Aisyiyah Group, rumah sakit ini menawarkan konsep pelayanan premium hospital dengan kenyamanan, keramahan, dan fasilitas modern.
Informasi jadwal dokter serta berbagai promo layanan kesehatan dapat diakses melalui akun Instagram resmi @rssarkiesaisyiyahkudus.