Kudus, isknews.com – Kampung Budaya Piji Wetan (KBPW) menggelar workshop membatik tulis di Panggung Ngepringan, Desa Lau, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. Kegiatan ini melibatkan pemuda dan warga setempat sebagai bagian dari persiapan pameran instalasi Residensi Tapangeli yang dijadwalkan pada 21–27 April 2025.
Workshop ini merupakan kolaborasi antara warga dan seniman residensi Tapangeli, dengan tujuan mengembalikan esensi membatik tulis dan melestarikan batik sebagai warisan budaya dunia. Sekitar 20 peserta, di bawah bimbingan seniman batik asal Lasem, Divasio Putra Suryawan, belajar membuat pola hingga mencanting dengan lilin malam yang dipanaskan.
Setiap peserta menciptakan pola batik yang berbeda dengan tema yang mengangkat harapan dan ingatan terhadap kebudayaan di Muria. Hasil dari workshop ini akan dipamerkan dalam instalasi Residensi Tapangeli di KBPW pada akhir April mendatang.
Salah satu peserta, Candra Asih (20) dari Jepara, mengungkapkan pengalamannya dalam mengikuti workshop ini. “Pengen tahu rasanya membatik, ternyata sulit, jadi kita bisa lebih menghargai karya batik,” ujar Candra yang akrab disapa Caca.
Seniman residensi Tapangeli, Divasio Putra Suryawan, menyatakan bahwa kolaborasi ini bertujuan untuk memantik ingatan terhadap kebudayaan di Muria dan mengajak warga mengembalikan esensi kebudayaan melalui membatik. “Sekarang banyak eksploitasi atas nama budaya, seperti printing yang seharusnya tidak disebut batik,” katanya.
Divo, sapaan akrab seniman muda asal Rembang ini, menambahkan bahwa batik telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya sejak 2009. Namun, menurutnya, saat ini banyak ketidakjujuran yang mengatasnamakan batik dengan kepentingan pribadi.
Kegiatan workshop ini diharapkan dapat memberikan gambaran lanskap kebudayaan yang ada di Lereng Muria, baik kebudayaan lisan, benda, maupun arsitektur. “Yang nantinya bisa dialihmediakan dan diarsipkan melalui karya seni sehingga tetap lestari,” pungkas Divo. (AS/YM)