Isknews.com- Bertani pisang sangat menjanjikan bagi petani yang memang menekuninya dengan serius, karena menanam pisang satu kali bisa panen seterusnya, sebab pisang tidak akan mati sebelum dia berbuah dan memiliki anak atau tunas terlebih dahulu, dan kebutuhan akan buah pisang di masyarakat sangat tinggi, sehingga akhir-akhir ini pasaran harga pisang kian hari kian melambung.
Namun menunggu untung dari hasil panen pisang dibutuhkan waktu yang cukup lama, paling tidak menunggu hingga sepuluh bulan sampai dengan satu tahun baru bisa panen, perlu memiliki kecerdasan dan kreativitas bagi seorang petani agar mendapatkan hasil yang lebih cepat. Strategi untuk itu adalah melalui pola tanam pohon pisang dengan area yang luas dan jumlah tanaman pohon yang banyak. Sehingga setelah masa usia panen tiba, ritme atau jadwal panen pisang bisa di pola setiap minggu panen atau setiap bulan panen secara bergantian.
Selain strategi itu, bisa juga dikiati dengan pola tanam pisang tumpangsari, tanaman tumpangsari ini bisa dilakukan terutama saat awal awal menanam pohon pisang atau pada saat pohon pisang masih belum terlalu rimbun oleh daunnya, atau juga bisa dikiati menanam pisang dengan jarak tanam yang agak longgar, sehingga walau daun pisang sudah rimbun tetap bisa menanam tanaman tumpangsari lainnya.
Sambil menunggu panen pisang tiba, bisa di manfaatkan disela sela tanaman pisang dengan menanam sayur mayur, seperti terong, bayam cabut, kemangi, kangkung, bawang merah ataupun jenis sayuran lainnya. Prospek tentang bertani pisang, betapa untungnya menanam pisang seperti yang diungkapkan Prapto, diamini petani pisang asal Ndung Waru Karangnganyar Demak yang memiliki lahan kebun pisang satu hektar di pinggiran sungai Wulan Tanggulangin. ” hasil panen pisang dijual oleh istri saya ke pasar Bitingan Kudus, harganya Rp 80.000 s/d 125.000,-per tandan,” ucap Amin seraya menunjukan satu tandan pisang kepok pipit berwarna hijau muda yang masih bertengger di pohon pisang yang ditanam di pinggir sungai. Padahal, Amin menjual pisang tersebut hanya Rp 80.000- per tandan, kepada para pengepul. Kendati demikian, petani kreative asal desa Ndung Waru ini tidak pernah merisaukannya. “Budidaya pisang itu menguntungkan, perawatannya mudah, dan bisa dikiati dengan tanaman tumpangsari sayuran,” ucapnya, sambil tersenyum. “Alhamdulillah saya manfaatkan tanaman sela atau tumpang sari ini, dan bisa menjual sayuran setiap hari” imbuhnya. Baginya, kegiatan menanam pisang ini merupakan hobi dan sekaligus pekerjaan rutin setiap harinya, mengingat panen pisang tidak bisa diharapakan secara harian, Amin mengkiati dengan cara memanfaatkan di sela-sela pohon pisang ditanami dengan kangkung dan kemangi, dengan pola tanam seperti itu, setiap hari Amin akhirnya bisa panen sayuran setiap hari lalu bisa menjual secara harian dan bisa menjadi penghasilan secara rutin.
Setiap sore Amin bisa panen sayur kangkung dan kemangi dalam jumlah yang banyak, dan pagi harinya di jual oleh istrinya ke pasar Bitingan Kudus. “Alhamdulillah setiap sore saya bisa memanen sayur kangkung dan kemangi ini, dan setiap pagi hari istrinya bisa menjual sayuran ke pasar” demikian ungkap Amin Sejak mulai budidaya pisang dan sayuran ini Amin belum pernah dikecewakan dengan komoditas andalan ini. “Awalnya saya hanya menanam pisang, lalu saya berpikir kalau hanya nanam pisang, panennya lama, lalu saya kembangkan dengan memanfaatkan di sela sela pohon pisang saya tanami sayuran. Dan Alhamdulillah hasilnya lumayan, 10 hari sekali panen pisang dan setiap hari bisa panen sayuran,” tutur Amin. Untuk satu kali masa panen pisang kepok dan pisang susu di atas lahan 1 hektare misalnya, Amin, pria kalem ini bisa memanen rata-rata 5 sampai 10 tandan per 10 hari, berarti satu bulan bisa panen 15 hingga 30 tandan, bila pertandan dijual dengan harga Rp. 80 ribu maka untuk seorang petani sudah merupakan keuntungan yang luamyan besar. Belum dari hasil panen sayuran kangkung dan sayuran kemanginya yang ia jual setiap hari. Butuh kreativitas untuk meraih sukses Kreativitas seorang petani merupakan kunci suksesnya, petani di desa Ndung Waru umumnya menanam padi, bawang merah dan juga palawija lainnya untuk bersandar hidup. Namun, tidak stabilnya harga komoditas tersebut membuat sebagian petani memiliki ide untuk menanam komoditas lain, termasuk diantaranya tanaman pisang dan sayuran. “Saya sudah menanam padi dan palawija, namun di sela sela saya menanm padi dan palawija lain yang hasil panennya menunggu 2 sampai 3 bulan, akhirnya waktu senggang saya manfaatkan menanam pisang,” kata amin. Alhasil, amin dari lahan satu hektar miliknya ia tanami dengan pohon pisang kapok pipit dan pisang susu sekitar seribu pohon dan tumpansari sayur-mayur dan bisa memiliki keuntungan setiap hari. (YM)