Mesin Lebih Baik, Petani Tebu Kudus Lebih Memilih Menjual 1286 Hektar Tanaman Tebu Ke PG di Pati

oleh -1,249 kali dibaca

KUDUS, isknews.com – Sejumlah petani tebu di Kudus, lebih senang menjual tebunya kepada pabrik gula (PG) di Kabupaten Pati. Alasanya, kondisi mesin giling di PG di sana lebih baik dan baru, dibandingkan mesin giling PG yang ada di Kudus, yang bikinan atau peninggalan Belanda. Selain itu angka rendemennya juga lebih tinggi, sehingga hasil atau keuntungan yang diperoleh petani, cukup menjanjikan. Pada musim giling tahun ini, jumlah tebu yang dijual ke Pati, mencapai luas lahan 1.286 hektar.
Kepaka Bidang Perkebunan Dinas Pertanian, Perikanan, Kehutanan, Kabupaten Kudus, Hernowo, yang dihubungi isknews.com, di ruang kerjanya, Jumat (9/10), membenarkan hal itu. Menurut dia, yang dilakukan oleh petani tebu dengan menjual hasil tanamannya itu, sama sekali tidak menyalahi aturan, karena mereka memang tidak terikat perjanjian kontrak kerja dengan PG Rendeng, meskipun lokasi lahan tebunya berada di Kabupaten Kudus. “Sementara yang di pihak PG yang ada di Pati, sudah lama mempunyai ikatan kerja dengan para petani di Kudus, terkait dengan jual beli tebu.”
Dia menerangkan, dari jumlah luas lahan tebu di Kudus yang dijual ke Pati, yakni 1.286 hektar, rinciannya, 740 hektar masuk ke PG Trangkil, dan 546 hektar masuk ke PG Pakis, Kabupaten Pati. Sedangkan yang masuk ke PG Rendeng seluas 1.799 hektar, masih lebih besar dibandingkan dengan yang dijual ke Pati. “Namun kalau dilihat dari luas seluruhnya lahan tebu di seluruh Kabupaten Kudus, yang mencapai 6.111 hektar, jumlah yang dijual ke PG, baik di Kudus mau pun di Pati, baru separohnya.”
Lahan yang belum terjamah oleh PG itu, terbanyak terdapat di Kecamatan Dawe. Pemiliknya adalah para petani mandiri, yang memiilih mengolah hasil kebunnya, menjadi gula tumbu. Entah dengan alasan apa, padahal keuntungan dari menjual gula tumbu tidak seberapa besar, karena harga jual keputusannya di tangan tengkulak. “Selain itu, kalau alasannya untuk dijual ke pabrik kecap, kebutuhan pabrik kecap terhadap gula tumbu, juga tidak seberapa besar,” tambah Kabid Perkebunan itu. (DM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :