MI di Kudus ini Lestarikan Bahasa Jawa Melalui Program “Sari Baja”

oleh -25 Dilihat
Foto: Dok. ist

Kudus, isknews.com – Di tengah derasnya arus globalisasi, Madrasah Ibtidaiyah (MI) Muhammadiyah Undaan, Kabupaten Kudus, berupaya mempertahankan budaya lokal dengan memperkenalkan program “Sari Baja” atau “Sehari Berbahasa Jawa”.

Program ini bertujuan melatih siswa berbicara dalam Bahasa Jawa sekaligus memperkenalkan nilai kesopanan dalam bertutur kata. Melalui pembelajaran bertema “nguri-uri budaya” atau melestarikan budaya leluhur, sekolah ini memberikan kesempatan bagi para siswa untuk memahami keunikan dan kekayaan bahasa daerah.

Sebagai bagian dari program mingguan, MI Muhammadiyah Undaan menggelar kegiatan yang melibatkan pemateri khusus, seperti Senen Budiarto, S.Pd., M.Pd., yang hadir dengan pakaian adat Jawa, beskap, dan blangkon.

Senen menyampaikan pentingnya Bahasa Jawa sebagai salah satu warisan budaya Indonesia yang memiliki nilai filosofis tinggi.

“Bahasa Jawa adalah kekayaan budaya yang patut dilestarikan, karena di dalamnya terkandung kesopanan dan tata krama yang khas. Anak-anak sangat antusias saat belajar tata bahasa dan unggah-ungguh (tata krama) yang kini jarang ditemui dalam pembelajaran sehari-hari,” ungkapnya.

Dalam program ini, siswa didorong untuk berbicara menggunakan Bahasa Jawa krama alus, terutama saat berinteraksi dengan teman sebaya maupun orang yang lebih tua.

Hal ini berbeda dengan bahasa lain, karena memiliki tingkat kehalusan tertentu sesuai usia dan posisi sosial lawan bicara.

“Mengajarkan Bahasa Jawa penting, karena bahasa ini unik dan kaya tata bahasa. Kini, anak-anak lebih memahami bahasa asing dan mulai melupakan bahasa lokal yang sebenarnya memiliki nilai budaya tinggi,” tutur Senen.

Kepala MI Muhammadiyah Undaan Kudus, Dewi Fatimah, menambahkan bahwa program “Sari Baja” telah berlangsung selama 14 pekan dan mencapai puncaknya dengan mendatangkan guru tamu sebagai pemateri.

“Kami ingin anak-anak memahami dan melestarikan bahasa Jawa. Mereka sangat antusias, dan program ini dapat menjadi inspirasi bagi sekolah lain, khususnya di Jawa, untuk turut melestarikan budaya lokal,” ujarnya.

Dewi berharap kegiatan ini tidak hanya berdampak positif di sekolah mereka, tetapi juga dapat mendorong sekolah lain di Jawa untuk memperkenalkan program serupa. Ia yakin bahwa melalui pembiasaan ini, generasi muda dapat terus mengenal dan menjaga warisan leluhur yang berharga. (AS/YM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :