Mobil Bioling Mangkrak Akibat Tak Kebagian Alokasi Anggaran Operasionalnya

oleh -1,468 kali dibaca
Mobil Bioskop Keliling yang kini mangkrak di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kudus (Foto: YM)

Kudus, isknews.com – Mobil bioling yang terlihat terparkir lama di depan kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kudus, sebetulnya untuk memberikan akses kepada masyarakat yang jauh dari akses bioskop untuk bisa menonton film Indonesia.

Mobil bioling ini pun hadir dengan berbagai fasilitas guna menunjang persebaran perfilman di Indonesia. yakni berisi peralatan bioskop atau peralatan pemutar film yang sudah lengkap dan memenuhi standar untuk pemutaran outdoor.

“Fasilitas ini dikemas atau didesain dengan menggunakan mobil sebagai layanan untuk menonton bagi masyarakat yang jauh dari akses gedung bioskop,” ujar Kepala Dinas saat itu Yuli Kasiyanto.

Kini karena tak adanya alokasi dana oprasional untuk progam bioskop keliling (Bioling) di tahun 2019, membuat mobil hibah dari Kementrian Pendidikan dan Kabudayaan (Kemendikbud) itu dibiarkan mangkrak.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata melalui Kasi Kebudayaan, Sugiono mengaku sangat kecewa karena tahun ini pihaknya tidak menerima anggaran sepeserpun untuk operasional mobil bioling. Padahal selama ini, dia menganggap progam bioling merupakan salah satu progam kerja Disbudpar yang bersentuhan dan dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat.

Bioskop keliling merupakan salah satu progam kerja Disbudpar dalam memberikan edukasi dan motivasi kepada pelajar dan masyarakat melalui film-film nasionalis. Seperti Pondok Pesantren Budaya, Sepatu Dahlan dan Dua Tanda Cinta.

Tak hanya dari segi edukasi, menurut Sugiono kegiatan bioling ini juga berguna untuk menambah legistimasi Pemerintah di mata masyarakat, khususnya Disbudpar. “Dengan kegiatan-kegiatan seperti ini maayarakat bisa tahu dan merasakan kinerja pemerintah. Khususnya dibidang kebudayaan,” katanya.

Sugiono mengatakan kegiatan bioling ini biasanya menyasar ke sejumlah sekolah SD, SMP, SMA dan desa. Meskipun terkesan sederhana, kegiatan bioling ini nyatanya diapresiasi baik oleh masyarakat.

“Dalam sekali kunjungan, peserta yang hadir ada sekitar 300 – 400 orang. Baik disekolah maupun di desa,” ujarnya.

Diberikan di akhir tahun 2015, mobil bioling ini mulanya di danai secara swadaya hingga tahun 2016. Barulah di tahun 2017, operasional bioling ini mendapatkan kucuran dana sebesar Rp  10 juta dengan sasaran 32 titik sekolah dan desa di Kudus.

Berjalan dengan baik di tahun 2017, anggaran untuk bioling di tahun 2018 justru turun menjadi Rp. 5 juta dengan sasaran 22 titik. Dan tahun 2019 pendanaan operasional bioling benar dihapuskan.

“Saya kecewa karena, pendanaan untuk progam bioling ini kan sangat kecil hany Rp. 5 – 10 juta pertahun. Padahal manfaatnya bisa langsung dirasakan oleh pelajar dan masyarakat. Sangat disayangkan, jika progam ini harus mangkrak setahun kedepan karena tidak dianggarkan,” ujarnya dengan nada kecewa.

“Saya masih ingat pesan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan waktu menyerahkan mobil bioling ini. Katanya kami harus memanfaatkan mobil ini dengan sebaik mungkin. Kalau tidak ada dana seperti ini, saya tidak bisa berbuat apa-apa,” imbuh dia.

Diungkapkan dia, tidak hanya progam bioling yang dihapuskan di anggaran tahun ini. Lanjutnya, progam sarasehan keagamaan untuk para penghayat kepercayaan juga tahun tidak diberi anggaran.

“Sejujurnya saya bingung, mengapa progam-progam yang bersentuhan langsung dengan masyarakat justru tidak dianggarkan. Harapan saya, semoga tahun depan Pemerintah bisa terbuka hatinya untuk kembali menganggarkan progam-progam seperti ini,” harapnya. (YM/YM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :

No More Posts Available.

No more pages to load.