Teater Dejavu SMK Taman Siswa : “Sadarkan Era Kemanusiaan Digital”

oleh -692 kali dibaca

Kudus, isknews.com – Dalam dunia pendidikan peran AI sangatlah signifikan, dengan kemampuannya untuk mempersonalisasi pembelajaran, memberikan bimbingan otomatis, serta menawarkan analisis dan penilaian yang akurat. Namun, tantangan terkait privasi, etika, dan dampak sosial tetap menjadi perhatian utama. Dengan pengembangan kebijakan yang tepat dan pendekatan yang bijak, AI berpotensi meningkatkan kualitas pendidikan dan membuka peluang belajar yang lebih luas bagi siswa di berbagai tingkatan.

Salah satu keuntungan utama AI adalah kemampuannya untuk menawarkan pembelajaran yang dipersonalisasi berdasarkan gaya dan kebutuhan masing-masing siswa. Namun, di sisi lain, personalisasi berbasis AI dapat mengurangi aspek humanisme dalam pendidikan.

“Pendidikan idealnya adalah proses interaksi antara manusia, di mana guru tidak hanya memberikan materi, tetapi juga menjadi teladan, mendukung secara emosional, dan membentuk karakter siswa. Ketika AI mengambil alih proses ini, ada risiko bahwa hubungan personal antara siswa dan guru berkurang, sehingga mengurangi nilai-nilai emosional dan sosial yang penting dalam pendidikan.“ ucap Dian Puspitasari, S, SN. selaku pembina Teater Dejavu SMK Taman Siswa.

Perempuan yang akrab dipanggil dengan nama Uplik itu juga mengungkapkan pentingnya ruang sandbox dalam medium teater untuk siswa sekolah sebagai sarana belajar. Siswa diajak untuk melihat cerita dan persoalan manusia di dalam seni teater. Rabu (30/10/2024).

“Narasi besar AI didasarkan pada pandangan bahwa semua aspek kehidupan manusia dapat ditingkatkan melalui otomatisasi dan optimalisasi. Dalam dunia pendidikan, kesehatan, bahkan seni, AI dipandang sebagai solusi untuk berbagai masalah manusia, seakan-akan teknologi ini mampu menyempurnakan pengalaman hidup manusia secara menyeluruh.”

“Namun, narasi ini kerap mengabaikan nilai-nilai humanisme, seperti kebebasan individu, spontanitas, dan sifat tidak sempurna yang justru menjadi keunikan manusia, Narasi besar AI berisiko menjadikan manusia sebagai objek yang dapat dianalisis dan dikendalikan, bukan sebagai subjek dengan keunikan dan kedalaman emosi.”

“Melalui teater, nilai-nilai humanisme, seperti kesadaran diri, empati, dan kebebasan, ditampilkan secara nyata. Singkatnya, dengan menekankan pentingnya kehadiran manusia secara fisik dan emosional. penting untuk mempertimbangkan bahwa manusia bukanlah sekadar makhluk yang membutuhkan efisiensi atau optimasi; manusia adalah makhluk yang mencari makna, memiliki emosi kompleks, dan memiliki kebutuhan untuk berinteraksi secara mendalam dengan sesama. “ jelas Uplik.

Di sisi lain, Velisa Tri Agustina selaku sutradara pementasan Teater Dejavu, yang juga merupakan salah satu pelajar di SMK Taman Siswa, mengungkapkan bahwa Teater memiliki sejarah panjang sebagai medium kritik sosial, sering kali mengangkat isu-isu politik, ketidakadilan, dan kebebasan. Menyesuaikan  dengan tantangan modern agar tidak hanya menjadi simbol perlawanan, tetapi juga menawarkan alternatif nyata terhadap nilai-nilai yang bergeser, yang diusung AI.

“Teater tidak hanya berada di posisi antitesis AI, tetapi juga memperluas ruang kreatif untuk menghadirkan pengalaman yang merayakan kemanusiaan di era digital “, tutup Velisa.

KOMENTAR SEDULUR ISK :