Tebar Ribuan Bibit Nila Unggul, Dongkrak Kualitas Produksi

oleh -1,118 kali dibaca

Kudus, isknews.com – Konsentrasi Pemerintah Kabupaten Kudus pada dunia perikanan, agaknya sangat serius, hal tersebut dibuktikan dengan disiapkannya benih ikan lele dan nila unggul yang bersertifikasi untuk para pembudidaya ikan air tawar di wilayah Kudus. Dalam rangka mendongkrak dan meningkatkan kualitas ikan air tawar di Kabupaten Kudus, dengan penyelenggaraan bibit ikan bermutu dan bersertifikat, sehingga produk yang dihasilkan dari pembesaran lebih baik dari waktu sebelumnya karena bukan benih unggul.

Pemerintah juga berupaya mendapatkan sertifikat nasional untuk proses pembibitan ikan nila guna menggenjot produktivitas budi daya ikan di Kudus, setelah sebelumnya mendapatkan sertifikasi untuk pembibitan ikan lele.

BBI di Hadipolo dengan 14 kolam ikan masing-masing berukuran 10×6 meter. Sementara produksi benih ikan sepanjang tahun 2016 untuk ikan lele sebanyak 334.650 ekor, sedangkan bibit ikan nila sebanyak 20.400 ekor. Tingkat produksi ikan air tawar di Kabupaten Kudus selama 2016 sebanyak 2.095,1 ton.

Sebagai wujud keseriusan program tersebut, beberapa hari lalu telah dilakukan penebaran indukan Nila Pandu sebanyak 200 ekor dan Kunti 600 ekor. Perkawinan indukan ini bakal menghasilkan anakan larasati.

” Perbaikan infrastuktur sarana dan prasarana BBI sudah dilakukan. Indukan ikan lele jenis sangkurian sudah tersedia. Sekarang ganti indukan ikan nila unggul juga tersedia cukup,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Kudus Catur Sulistiyanto melalui Abdullah Muttaqin, Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Benih Pertanian dan Perikanan, Senin (4/9/17).

Diungkapkan, saat ini indukan lama tersedia cukup melimpah karena tersedia sebanyak 1.250 ekor. Perinciannya, indukan siap produksi hanya 450 ekor yang terdiri 390 ekor betina dan sisanya jantan, sedangkan 800 ekor indukan nila baru bisa dimanfaatkan tahun 2018.
“ Indukan lama itu sekarang sudah menghasilkan yaitu nila larasati yang siap jual ke masyarakat. Kalau yang 800 baru datang itu kita siapkan untuk produksi siap jual tahun 2018. Karena butuh waktu pemberokan (adaptasi) dan pembesaran selama 3 bulan ,” tuturnya.

“ Kalau yang di Janti dinamakan Larasati (Nila peranakan Asal Janti), karena sekarang di Kudus kita namai Larasadus. Nila peranakan di Kudus ,” guraunya.

Dijelaskan, cuaca saat ini yang terkadang hujan dan panas, belum mendukung proses pembenihan, sehingga waktu yang paling tepat untuk pembenihan ikan nila bertepatan dengan musim hujan. Selain itu, karakter pembubidaya ikan Nila juga melakukan usahanya pada musim hujan dan ikan lele pada musim kemarau.
Indukan yang berkualitas dengan berat badan sekitar 400 gram bisa menghasilkan benih ikan antara 700-1.000 ekor. Harga jual perekor mencapai Rp 100 atau lebih mahal, dibandingkan dengan benih ikan lele yang berkisar Rp 80 perekornya.

Untuk harga bibit ikan di tingkat Unit Pembenihan Rakyat (UPR) bisa lebih mahal karena bisa mencapai Rp110 hingga Rp 125 perekornya. Sementara waktu, pembenihan ikan lele juga belum berjalan karena menunggu waktu yang tepat untuk memulainya. Dalam rangka meningkatkan budi daya ikan air tawar di Kabupaten Kudus, dia berkomitmen untuk menghasilkan benih ikan berkualitas.
“Kami juga berupaya mendapatkan sertifikat nasional untuk proses pembenihan ikan nila guna menggenjot produktivitas budi daya ikan di Kudus, setelah sebelumnya mendapatkan sertifikasi untuk pembenihan ikan lele,” tuturnya.

Sebagai gambaran, BBI di Hadipolo memiliki 14 kolam ikan masing-masing berukuran 10×6 meter. Produksi benih ikan sepanjang tahun 2016 untuk ikan lele sebanyak 334.650 ekor, sedangkan bibit ikan nila sebanyak 20.400 ekor. Tingkat produksi ikan air tawar di Kabupaten Kudus selama 2016 sebanyak 2.095,1 ton.

Produksi ikan air tawar di Kudus masih didominasi ikan lele yang mencapai 11.707,80 kuintal atau 55,88 persen dari total produksi. Sementara urutan berikutnya yakni ikan nila yang produksinya selama 2016 mencapai 2.269,5 kuintal.

 

KOMENTAR SEDULUR ISK :