Kudus, Isknews.com-(11/02) Para pecinta pertanian organik yang tergabung dalam komunitas petani pantura dan komunitas bengkel bumi mengharapkan bisa mengembangkan tanaman pertanian dengan sistem organik. Pasalnya, pola pertanian organik ini akan lebih menguntungkan petani karena memiliki pangsa pasar tersendiri dan menjadi kebutuhan rutin setiap hari. Selain itu, dengan mengembangkan pertanian organik juga bisa diharapkan dapat mengembalikan kesuburan tanah.
Pada umumnya tanah pertanian kita sudah terkontaminasi dan di rusak dengan obat atau pupuk kimia, sehingga berdampak pada kondisi tanah yang keras dan menyebabkan tanah tidak produktif. Harapan itu diutarakan Heri sang pelopor bengkel bumi asal Jombong dan juga pengusaha yang bergerak dibidang pertanian. Saat temu ramah komunitas petani organik dan diskusi pertanian serta praktek pembuatan pupuk jamu sehat tanaman (JST), di Mlati Kidul Kudus, beberapa pekan lalu. “Masyarakat saat ini dan kedepannya akan semakin teliti untuk memenuhi kebutuhan pangannya, khususnya jenis sayuran yang bersih dari unsur kimia. Ini akan memberikan keuntungan kepada para petani organik, karena jelas pasarnya terbuka luas. Jadi peluang untuk mengembangkan usaha pertanian organik ini sebenarnya sangat besar,” ujarnya.
Yang menjadi kendala, pertanian organik yaitu disaat masa peralihan dari pertanian an-organik ke pertanian organik. Karena, jika belum paham, penurunan hasil panen bisa terjadi dalam kondisi-kondisi tertentu, terutama jika kesuburan tanah sangat rendah akibat kekurangan materi organik tanah. Namun, setelah mengerti, petani tidak perlu lagi khawatir, karena setelah itu produksi panen pasti akan meningkat dan memuaskan. “Saya mengingatkan bagi petani yang tertarik untuk beralih ke pertanian oganik, agar memahami pola pola yang sudah diajarkan oleh Tuhan sang pencipta bumi ,” terangnya.
“Rumusnya dari Tuhan itu sederhana, tanah yang baik tanamannya subur-subur, sedang tanah yang jelek tanamannya tumbuh merana” demikian terang Hari. Kuncinya adalah pada kesuburan tanah, rata rata kegagalan para petani disebabkan karena tanah sudah tidak subur sehingga produksinya menurun, oleh karena itu, manusia harus mencari solusi dan ada upaya untuk mengembalikan kesuburan tanah yang sudah rusak tersebut. Di sekitar kita Tuhan telah memberikan banyak bahan-bahan baku nya baik berupa tumbuh tumbuhan dan tanaman yang bisa diolah untuk dijadikan jamu bagi kesehatan tanah yang sudah sakit. Karena pada hakekatnya dalam hal pertumbuhan, tanaman memiliki kesamaan dengan makhluk hidup lainnya, bila tercukupi kebutuhan karbohidrat, mineral, serat, mineral dan asam amino nya secara seimbang, maka dipastikan tanaman tersebut akan sehat dan subur. Heri bersama komunitas bengkel bumi telah melakukan penelitian dan uji coba selama 8 tahun, dan hasilnya luar biasa, hasil panen dengan menggunakan formula jamu buatannya, bisa lebih cepat dan lebih subur, misalnya tanaman padi semula satu hektar hanya bisa panen 6 – 8 ton dengan formula JST (red: nama jamu buatannya) bisa menghasilkan 13 ton per hektar. Dan Hari memiliki komitmen, setelah uji coba ini berhasil lalu akan terus disebarkan temuannya nya ini agar dipraktekkan oleh sahabat-sahabat petani yang lain diseluruh Indonesia. Unsur unsur atau bahan bahan pupuk JST tersebut adalah, buah maja 15 buah, lidah buaya 5 kg,waluh 2 kg, katul 5 kg, gula merah 5 kg, tepung beras 5 kg, air klapa 50 liter, air leri 50 liter, susu murni 5 liter, susu kotak batita 3, lalu dilakukan fermentasi selama empat belas hari maka jadilah JST pupuk organik yang memiliki kandungan karbohidrat, serat, protein, mineral, dan asam amino yang bisa menyehatkan tanaman dan mengembalikan kesuburan tanah.(BUD/ MAD)