Kudus, isknews.com – Tradisi Wiwit Kopi adalah sebuah upacara adat yang dilakukan oleh para petani kopi di Desa Japan, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, untuk menyambut musim panen kopi. Tradisi ini diawali dengan doa bersama dan kirab yang dimulai dari Makam Mbah Surigonjo menuju Bukit Guyangan. Setelah gunungan hasil bumi dikirab, ritual simbolis ngruwok (memetik) kopi dilakukan.
Kepala Desa Japan, Sigit Tri Harso, mengungkapkan bahwa tradisi Wiwit Kopi di Desa Japan dilakukan serentak setelah lebih dari 15 tahun vakum.
Sigit menjelaskan bahwa tradisi Wiwit Kopi ini sebagai bentuk rasa syukur petani kopi dan masyarakat Desa Japan atas melimpahnya panen kopi.
“Kami melangsungkan syukuran dan berdoa dengan tradisi Wiwit Kopi ini supaya panen yang dihasilkan lebih banyak dan melimpah,” ujar Sigit usai acara, Rabu (07/08/2024).
Lebih lanjut, dia mengungkapkan bahwa musim panen kopi tahun ini berlangsung sejak bulan Juli hingga September mendatang.
Dengan adanya tradisi ini, pihaknya berharap petani kopi di Lereng Muria, khususnya Desa Japan, dapat lebih makmur dan sejahtera.
“Ini juga sebagai cara untuk mensyukuri nikmat Tuhan, semoga masyarakat diberikan keselamatan dan kemakmuran atas panen raya ini,” harapnya.
Selain ritual simbolik Wiwit Kopi, Kirab Ambeng juga membawa hasil bumi seperti jeruk pamelo, alpukat, cengkeh, pisang, ganyong, hingga parijoto.
“Tanah di Japan termasuk subur sehingga bisa ditanam apa saja, dengan harapan hasil bumi di Japan ke depan semakin berkembang,” ujarnya.
Tradisi Wiwit Kopi ini juga diwarnai dengan penampilan Tari Wiwit Kopi dan diakhiri dengan pembagian gunungan hasil bumi.
Salah satu warga Japan, Syaroful Anam, mengungkapkan bahwa Wiwit Kopi tahun sebelumnya dilakukan secara sederhana di kebun-kebun warga.
“Biasanya dilakukan sederhana, petani selametan Wiwit Kopi di kebun, terpisah-pisah. Kalau tahun ini alhamdulillah dibarengkan jadi tradisi,” ungkap Anam.
Dengan tradisi Wiwit Kopi ini, masyarakat Desa Japan berharap agar panen kopi tahun ini lebih melimpah dan berkah.
Tradisi ini juga menjadi ajang silaturahmi dan mempererat hubungan antarwarga, serta memperkuat rasa kebersamaan dan gotong royong.
Para petani kopi di Desa Japan merasa bangga dan bersyukur dapat melestarikan tradisi ini setelah vakum selama lebih dari 15 tahun.
Mereka berharap tradisi Wiwit Kopi ini dapat terus dilestarikan dan menjadi warisan budaya yang berharga bagi generasi mendatang.
“Tradisi Wiwit Kopi bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga merupakan bagian dari kekayaan budaya yang harus kita lestarikan. Ini adalah salah satu daya tarik wisata budaya yang dapat meningkatkan kunjungan wisatawan ke Kudus,” ujarnya.
Budi juga menambahkan bahwa pihaknya akan terus mendukung kegiatan-kegiatan budaya seperti ini agar tetap hidup dan dikenal oleh generasi muda.
“Dengan melestarikan tradisi seperti Wiwit Kopi, kita tidak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga memperkenalkan kekayaan budaya kita kepada dunia,” tambahnya. (YM/YM)