KUDUS, isknews.com — Mantan narapidana kasus terorisme, Ustadz Abu Tholut alias Mustofa (53) kini telah menjadi warga negara yang normal dan bergabung dalam NKRI, setelah menjalani masa hukumannya dan dinyatakan bebas bersyarat kerana telah melewati dua pertiga dari delapan tahun masa hukuman yang dijatuhkan kepada dirinya, di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Kedungpane, Semarang, Jawa Tengah, kini kegiatan lelaki berjenggot yang tinggal di Desa Bae Kecamatan Bae ini adalah berternak dan menjadi narasumber membantu pemerintah dalm upaya kampanye perdamaian dan deradikalisasi .
Ustadz Abu Tholut yang sempat menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan UGM Yogyakarta, meski tidak selesai , dalam kesempatan sebagai pembicara pada Sosialisasi Forum Kerukunan Umat Beragama yang diselenggarakan oleh Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Kudus di Aula Balai Desa Rendeng (18/2) dalam ceramah testimoninya dihadapan para Kaur Kesra ataau Modinse Kabupaten Kudus ini menjelaskan, “Radikalisme bernuansa kekerasan dengan aksi-aksi kekerasan dan pengeboman baru muncul paska tahun 2000an, hal itu disebabkan ajaran yang keliru dalam memahami ajaran Alqur’an dan Al hadits, bahwa semua orang diluar kelompoknya adalah musuh yang harus di lawan” , jelasnya.
Selanjutnya ustadz berbadan tegap ini menceritkan, “kenapa hari ini saya berubah menjadi lain seperti ini (pro NKRI-red) padahal saya dipenjara dua kali pertama pada tahun 2003 bebas 2007 terkait terorisme Poso dan yang kedua tahun 2010 dan baru bebas Oktober 2015 kemarin terkait Kelompok bersenjata di Aceh dan kedua kasus saya tersebut dakwannya sama yaitu penyimpanan amunisi tanpa dokumen yang syah atau ilegal, waktu kita berfaham-faham takfiri, faham yang menganggap kafir orng di luar kelompok kita dan sebagainya, itu adalah faham yang menyempal” , katanya.
Dilanjutkannya, “biasanya bila sutu daerah sedang berkonflik seperti Poso dan Aceh mudah sekali muncul faham-faham yang menyempal seperti itu namun bila negara itu stabil atau kondusif maka faham seperti itupun tidak ada, dan hari ini yang menjadi imam atas madzhab yng sesat dan menyempal dari gerakan faham faham sesat seperti itu adalah ISIS, karena ISIS sudah berubah dan mengklaim dirinya sebagai khilafah, dalam suatu pidatonya pemimpin ISIS mengatakan wajib bagi seluruh muslim di dunia untuk berbai’t kepada Ibrahim bin Awwad atau Abubakar Al Baghdadi sang pemimpin ISIS di Suriah tersebut, kemudian dia memerintahkan kepada para pengikutnya untuk membunuh siapa saaja yang tidk mau berbai’at kepadanya, Itulah sebabnya maka para pengikutnya tidak ragu-ragu menembak kepalanya bagi siapa saja yang berusaha memecah barisannya, sehingga para pengikutnya tidak ragu mebunuh orang-orang di luar pengikutnya. seperti kejadian di Paris, Turki dan termasuk yang terjdi di Jalan Thamrin Jakarta kemarin, Itu merupkan implementasi dari instruksi atas pidato pimpinan tertinggi ISIS kepada pengikutnya untuk melakukan hal tersebut sehingga tidak jelas apa yang sebenarnya diperjuangkan dan apa yang dicari. Bahkan mereka tidak ragu-ragu untuk membunuh dirinya sendiri seperti 4 orang pelku terorisme dijakarta kemarin, ISIS Jelas faham yang salah dan keliru”, ujarnya.
“Hal seperti inilah yang perlu kita antisipsi karena faham ini sudah di luar faham Ahlus Sunah Wal Jama’ah, atau yang dalam kitab-kitab faham seperti ini disebut faham kaum Khawaridj, atau kelompok yang mudah mengkafirkan orang-orang dilur kelompoknya, atau mudah menganggap kafir orang lain atas suatu sebab yang bukan karena kekufuran, di penjara saya orang terdepan yang menolak ISIS karena saya menganggap apa yang mereka lakukan sudah melampau, mereka menganggap mesjid-masjid yang dibangun oleh orang-orang diluar kelompoknya atau oleh pemerintah dinggap sebagai masjid dhiror yang dalam sejarah dhiror adalah memang sebuah masjid yang dibangun untuk menjebak dan menghabisi Nabi Muhammad, ini lucu sSehingga mereka sangat eksklusif dan tidak mau berbaur dengan umat islam pada umumnya. Ini ciri-ciri yang mudah dikenali dari para penganut ISIS, kita perlu memahamkan kepada umat islam untuk menjelaskan tentang akidah ahlussunah wal jamaah karena intinya mereka mengadobsi menafsirkan alqur’an dan al hadits yang secara seenaknya dan tidak pada tempatnya”, jelas sang ustadz. (YM)