Kudus, isknews.com – Salah satu titik krusial yang menjadi fokus dalam proyek perbaikan Jalan Ahmad Yani, Kudus, adalah area sekitar traffic light.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kudus, Arief Budi Siswanto, mengungkapkan bahwa kerusakan di lokasi ini disebabkan oleh tingginya frekuensi kendaraan berat yang melintas dan melakukan pengereman mendadak, menyebabkan aspal mengalami kerusakan bleeding atau melembung.
Menurut Arief, pekerjaan betonisasi sepanjang 110 meter di sekitar traffic light menjadi prioritas dalam proyek perbaikan ini. “Lokasi ini memang sering rusak karena sering dilewati kendaraan dengan muatan berlebih atau over tonase. Betonisasi di area ini diharapkan mampu meningkatkan daya tahan jalan,” kata Arief.
Fokus Betonisasi untuk Daya Tahan Lebih Lama
Proyek perbaikan Jalan Ahmad Yani yang memiliki panjang total 497 meter ini menggunakan dua metode utama: betonisasi dan pelapisan aspal (AC-BC dan AC-WC). Arief menjelaskan bahwa betonisasi diterapkan pada bagian yang paling sering mengalami kerusakan, yaitu di area sekitar lampu lalu lintas, dengan lebar 15 meter. Sementara itu, pelapisan aspal dilakukan di sepanjang jalur lainnya.
“Betonisasi dipilih karena ketahanannya yang lebih tinggi dibandingkan dengan aspal, terutama di titik-titik yang sering mendapat tekanan besar akibat pengereman kendaraan berat,” ujar Arief. Ia menambahkan bahwa metode ini juga bertujuan untuk meminimalisir kerusakan jangka panjang dan menekan biaya perbaikan yang sering terjadi di area tersebut.
Anggaran dan Target Penyelesaian
Proyek ini menelan anggaran sebesar Rp 4,6 miliar dengan target penyelesaian fisik pada 27 Desember 2024. Meski demikian, Arief optimistis bahwa proyek dapat selesai lebih awal, di awal Desember, jika kondisi cuaca dan situasi lapangan mendukung. “Kami ingin menyelesaikan proyek ini secepat mungkin, tetapi tetap dengan memastikan kualitas pengerjaan yang maksimal,” tegasnya.
Dampak Positif bagi Pengguna Jalan
Perbaikan di area sekitar traffic light diharapkan dapat mengurangi frekuensi kerusakan yang selama ini sering terjadi akibat tekanan dari kendaraan berat. Dengan begitu, pengguna jalan akan merasakan peningkatan kenyamanan dan keamanan berkendara di jalur ini, terutama pada saat lalu lintas padat.
Arief juga menyampaikan bahwa pengawasan terhadap proyek ini dilakukan secara ketat dengan melibatkan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Inspektorat. “Kami tidak hanya fokus pada penyelesaian fisik, tetapi juga pada kualitas hasil pekerjaan. Uji kualitas ini penting agar hasilnya bisa bertahan lebih lama dan meminimalisir perbaikan di masa depan,” jelasnya.
Infrastruktur Lain di Kudus Juga Diperhatikan
Selain Jalan Ahmad Yani, Arief melaporkan bahwa proyek infrastruktur lainnya di Kabupaten Kudus juga berjalan sesuai jadwal. Beberapa proyek besar seperti perbaikan Jalan Sunan Kudus, Jalan Turaikhan, dan Ahmad Dahlan saat ini sudah mencapai tingkat penyelesaian fisik 60 hingga 70 persen.
Meski demikian, Arief mengingatkan bahwa setelah pengerjaan fisik rampung, masih ada tahapan administrasi yang harus diselesaikan, seperti proses Provisional Hand Over (PHO). “Fisik proyek sering kali selesai lebih cepat, namun proses administrasi untuk serah terima sementara membutuhkan waktu lebih lama. Kami pastikan semuanya berjalan dengan transparan dan sesuai prosedur,” tambahnya.
Dengan pendekatan yang lebih menyeluruh dan fokus pada perbaikan di titik-titik rawan, diharapkan proyek ini dapat memberikan dampak positif yang signifikan bagi kualitas jalan di Kabupaten Kudus. (AS/YM)