Kudus, isknews.com – Bertempat di Masjid Al-Aqsha Menara Kudus setelah sholat subuh berjama’ah, Pengajian kitab Tafsir Al-Qur’an yang diasuh oleh KH Sya’roni Ahmadi Alhafidz telah dimulai sejak Rabu Legi 5 Ramadhan 1438H lalu.
Berikut Rangkuman dari Bahasan Surat Ali Imron (Keluraga ‘Imran) Ayat 1-6 Surat Madaniyyah, Surat ke-3: 200 ayat (Surat terpanjang no. 2 setelah Al-Baqarah) oleh Mohammad Bahauddin (1/6/ 2017)
Turunnya ayat ini berkenaan dengan utusan Najran yang datang pada tahun kesembilan Hijrah. Mengenai masalah ini, insya Allah akan dijelaskan pada penafsiran ayat mubahalah (doa saling melaknat). Sedangkan keutamaan surat ini adalah :
1. Syafaat yang diumpamakan tumpuan awan, payung yang menaungi atau sayap burung yang menggembang sayapnya dan akan datang sebagai pembela orang yang membacanya kelak di hari kiamat. Seperti hadist yang pernah diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Umamah, ia berkata aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda:
إقرءوا القرآن فإنه شافع لأهله يوم القيامة، إقرءوا الزهراوين البقرة وآل عمران فإنهما يأتيان يوم القيامة، كأنهما غمامتان أو كأنهما غيايتان أو كأنهما فرقان من طير صواف يحاجان عن أهلها يوم القيامة
Artinya: “Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya Al-Qur’an itu akan memberi syafaat bagi pembacanya pada hari kiamat kelak. Dan bacalah Az-Zahrawain, yaitu surat al-Baqarah dan Ali Imran, karena kedua surat itu akan datang pada hari kiamat, seolah-olah keduanya bagai tumpulan awan, atau bagaikan dua bentuk paying yang menaugi, atau bagai dua kelompok burung yang mengembangkan sayapnya. Keduanya akan berdalih untuk membela pembacanya pada hari kiamat”.
2. Allah dan malaikat akan memberikan berkah dan rahmat (kitab مجمع البيان halaman 405)
عن ابن عباس قال : قال رسول صلى الله عليه وسلم : « من قرأ سورة ( آل عمران ) يوم الجمعة صلّى الله عليه وملائكته حتى تجبّ الشمس
Artinya: Dari Ibnu Abbas RA. Bahwa Nabi SAW bersabda: “Barang siapa membaca surat Ali Imran pada hari jumuah maka Allah dan malaikat akan memberikan rahmat dan berkah padanya hingga matahari mau terbenam”.
3. Aman dari api neraka Menyuburkan kandungan (tafsir Al-Burhan halaman. 593)
رُوي عن النبيّ صلى الله عليه وسلم أنّه قال : « من قرأ هذه السورة أعطاه الله بكلّ حرف أماناً من حَرِّ جهنّم وإن كُتبت بزَعفَران وعُلِّقَتْ على امرأة لم تَحْمِلْ ، حمَلَتْ بإذن الله تعالى ، وإن عُلّقت على نَخْل أو شجَر يَرمي ثمَرَه أو ورَقه ، أمسَك بإذن الله تعالى »
Diriwayatkan bahwa Nabi SAW pernah bersabda: “Barang siapa membaca surat Ali Imran, Allah akan memberikan pada tiap hurufnya rasa aman, keselamatan dari api neraka dan apabila ditulis pakai minyak za’faran kemudian dibawa sama wanita yang mandul, maka dengan izin Allah, wanita tersebut akan hamil dan apabila digantungkan ke kurma atau pohon yang lebat buah dan daunya, maka Allag akan menjaganya (menahanya)”.
4. Memudahkan perkara yang susah
عن الإمام الصادق ، قال : « إن كُتبت بزَعفران وعُلّقت على امرأة تُريد الحَمل ، حَمَلَتْ بإذن الله تعالى ، وإن علَّقها مُعسِر ، يسّر الله أمرَه ، ورَزَقَه الله تعالى »
Artinya: dari Imam Shadiq, berkata: “jika surat Ali Imran ditulis dengan minyak za’faran dan kemudian dibawa oleh wanita yang ingin hamil, maka dengan izin Allah akan hamil wanita tersebut dan apabila ditaruh ke hal yang susah maka Allah akan memudahkan dan memberikanya rizqi.
Tentunya masih banyak lagi keutamaan Surat Ali Imran yang tidak penulis (M. Bahauddin) sebutkan satu persatu karena padatnya materi yang akan dikaji pada pengaosan Mbah K.H Sya’roni Ahmadi pagi ini.
بسم الله الرحمن الرحيم
ألم (1) اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ (2) نَزَّلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَأَنْزَلَ التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ (3) مِنْ قَبْلُ هُدًى لِلنَّاسِ وَأَنْزَلَ الْفُرْقَانَ إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآَيَاتِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَاللَّهُ عَزِيزٌ ذُو انْتِقَامٍ (4) إِنَّ اللَّهَ لَا يَخْفَى عَلَيْهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ (5) هُوَ الَّذِي يُصَوِّرُكُمْ فِي الْأَرْحَامِ كَيْفَ يَشَاءُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (6)
(1) Alif laam miim (2) Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya (3) Dia menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil (4) sebelum (Al Quran), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al Furqaan. Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa) (5) Sesungguhnya bagi Allah tidak ada satupun yang tersembunyi di bumi dan tidak (pula) di langit (6) Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana
الم
Alif Laam Miim. (Q.S 2:1)
Kajian Bacaan:
Umumnya umat Islam membaca الم (alif: 1 alif, laam: 3 alif, dan mim: 3 alif, antara lam dan mim ghunnah) jika diwaqof kebanyakan sudah bisa namun jika diwashol masih banyak yang belum faham.
Jika dibaca washol bacaanya adalah ‘alif laam mimallahu’ atau ‘alif laam miimallahu’. Huruf mim pada الم bisa dibaca 2 wajah, yang pertama panjanganya 1 alif ‘alif laam mimallahu’, yang kedua panjangnya 3 alif ‘alif laam miimallahu’ dengam huruf mim dibaca fathah. Kenapa mimnya dibaca fathah? Menurut imam syibaweih karena bertemunya dua sukun untuk itu dibaca fathah. Namun menurut imam kisa’i dan imam Farra’: jika ada huruf ejaan/huruf potongan (حروف التهجي) bertemu dengan alif washol, maka alifnya harusnya dibuang dan harokat mim mengikuti huruf alif yang dibuang yakni fathah. Ada salah satu imam yang membaca huruf mim yang diwashol dengan harokah kasroh (Imam Akhfash) namun hal itu dibantah sama Imam Zujaj bahwa hal itu salah. Adapun imam ‘Ashim (seorang imam yang mayoritas dipakai bacaanya termasuk di Negara Indonesia) membacanya dengan 2 cara: yang pertama, jika di waqof maka hamzah اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ dibaca jelas dengan sukunya mim dan fathahnya hamzah lantaran bertempat di muka; dan yang kedua, jika dibaca washol dengan menjadikan hamzah sebagai alif washol.
Kajian Tafsir :
Para ahli tafsir berbeda pendapat mengenai huruf-huruf potongan yang terdapat pada beberapa surat. Di antara mereka ada yang mengatakan bahwa itu merupakan huruf-huruf yang hamba Allah sendiri yang mengetahui maknanya. Maka mereka mengembalikan ilmu mengenai hal itu kepada Allah dengan tidak menafsirkanya. Pendapat ini dinukil al-Qurthubi dalam tafsirnya Abu Bakar, Umar, Ustman, Ali dan Ibnu Mas’ud R.A.
Dalam tafsirnya, Al-Allamah Abul Qasim Mahmud bin Umar Az-Zamakhsyari meyatakan bahwa hal tersebut menjadi kesepakatan banyak ulama. Beliau juga menukil Sibawaih bahwa ia menegaskan dan memperkuat hal itu. Berdasarkan hadist dalam kitab Shahih al-Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah R.A, bahwa Rasullah SAW pernah membaca surat Alif Laam Mimm as-Sajdah (Surat as-Sajdah) dan hal ata ‘ala al-Insan (Surat al-Insan) pada shalat subuh pada hari jumuah.
Sebagain ulama meringkas masalah ini dengan menyatakan:” tidak diragukan lagi bahwa huruf-huruf ini tidak diturunkan Allah dengan sia-sia dan tanpa makna. Orang yang tidak tau mengatakan bahwa “di dalam Al-Qur’an terdapat suatu hal yang tidak memikiki makna sama sekali”, ini merupakan kesalahan besar. Kerena ternyata sesuatu yang dimaksud itu pada hakekatnya memiliki makna, jika kami mendapatkan riwayat yang benar dari Nabi SAW tentu kami akan menerimanya, dan jika tidak, maka kami akan menyerahkan maknanya kepada Allah SWT seraya berucap: “kami beriman kepadanya, semua berasal dari sisi Rabb kami”.
Dan para ulama sendiri belum memiliki kesepakatan mengenai huruf-huruf tersebut, dan mereka masih berbeda pendapat. Barang siapa yang menemukan pendapat yang didasarkan pada dalil yang kuat, maka hendaklah ia mengikutinya, jika tidak, maka hendaklah ia menyerahkan maknanya kepada Allah SWT hingga diperoleh kejelasan hal tersebut.
Walaupun ulama’ menyerahkan makna الم kepada Allah tapi orang yang membacanya tetap mendapatkan pahala. Hal ini bisa ditarik kesimpulan bahwa seseorang yang membaca Al-Qur’an walaupun tidak mengetahui artinya, ia tetap akan mendapatkan pahala. Dalam hadis disebutkan:
من قرأ حرفا من كتاب الله فله حسنة والحسنة بعشر أمثالها لا أقول (الم) حرف ولكن ألف حرف ولام حرف وميم حرف. رواه الترميذي.
Artinya: Barang siapa membaca satu huruf dari Al-Qur’an, maka ia akan mendapat satu kebaikan (1 kebaikan yang Allah berikan lebih baik dari pada dunia seisinya). Kebaikan itu akan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat. Saya tidak mengatakan bahwa alif laaam miem adalah satu huruf, akan tetapi aliif satu huruf, laaam satu huruf dan miem satu huruf. (Diriwayatkan oleh Tirmizdi)
اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya”
Artinya: yang hidup kekal, dan tidak akan pernah mati selamanya, yang mengendalikan semua yang ada. Dengan demikian, semua yang ada di dunia ini sangat membutuhkanya, sedang Dia sama sekali tidak membutuhkan mereka termasuk tempat atau waktu. Karena tempat itu ciptaan-NYA.
نَزَّلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ
Artinya: Dia menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepadamu dengan sebenarnya; Dengan pengertian, telah diturunkan kepadamu, wahai Muhammad, Al-Qur’an dengan sebenarnya. Kitab yang tidak ada keraguan dan kebimbangan di dalamnya. Bahkan, kitab itu diturunkan dari sisi Allah SWT dengan ilmunya, para malaikat pun menyaksikan dan cukuplah Allah sebagai saksi.
مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَأَنْزَلَ التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ
Artinya: membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil, yakni kitab-kitab yang diturunkan dari langit sebelum Al-Qur’an, kepada hamba-hamba Allah dan para Nabi-Nya, bahwa kitab-kitab tersebut membenarkan Al-Qur’an, dengan apa yang dikhabarkan dan berita gembira yang telah disampaikan sejak zaman dahulu kala. Sedang Al-Qur’an itu sendiri pun membenarkan kitab-kitab tersebut, karena Al-Qur’an sesuai dengan apa yang dikhabarkan dan berita gembira yang disampaikan oleh kitab-kitab itu pun mengenai janji Allah SWT dengan pengutusan Nabi Muhammad SAW dan penurunan Al-Qur’anul Azhim kepadanya.
Terdapat rahasia kalimat dalam ayat diatas yang merupakan iltifat yakni pemilihan kata نزّل (nazzala) yang berarti Dia (Allah) menurunkan, kepada pemilihan kata أنزل (anzala) yang berarti menurunkan/diturunkan. Kedua kata tersebut berasal dari akar kata yang sama, yaitu نزل (nazala) yang berarti turun. Dalam kajian morfologi atau ilmu shorof, kata kerja tsulasi sering kali mendapat tambahan satu huruf, baik penambahan tersebut berupa alif di awal kalimat maupun tasydid pada huruf keduanya. Penambahan huruf tersebut mempunyai maksud tertentu, antara laian jika kata kerjanya bermula kata kerja lazim atau instransitif, maka akan berubah menjadi kata kerja transitif. Kata kerja nazala adalah kata kerja instransitif (yang tidak membutuhkan objek) yang berarti turun (anzala), maka menjadi kata kerja transitif yang berarti menurunkan. Adapun penambahan tasydid pada huruf kedua, akan mempunyai tujuan menjadi banyak.
Dalam konteks ayat di atas, kata نزّل digunakan untuk menerangkan turunya Kitab Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW sedangkan kata أنزل digunakan untuk menerangkan turunnya kitab taurat dan injil kepada Nabi Musa dan Nabi Isa. Pemilihan redaksi ini mempunyai makna, bahwa turunya Al-Qur’an dilakukan berkali-kali dalam jumlah yang banyak, AL-Qur’an diturunkan secara berulang-ulang, sedikit-demi sedikit selama 22 tahun lebih. Sementara kitab Taurat dan kitab Injil diturunkan dalam sekali, tidak berangsur-angsur.
Namun jika kaitkan dengan ayat إن أنزلناه في ليلة القدر. Kenapa ada perbedaan dalam penurunan Al-Qur’an yang satu sisi ditulis dengan أنزل namun terkadang ditulis dengan نزّل. Apa ada yang salah? Jawabanya tidak. Karena Al-Qur’an sendiri memang mengalami 2 proses penurunan. Turun yang pertama yakni ketika malaikat jibril sendiri mendapat Al-Qur’an dari Lauh Mahfudz (لوح محفوظ) berupa Al-Qur’an utuh yang dimulai Surat Al-Fatihah dan diakhiri surat An-Nas. Oleh karenanya pemakaian leksikon lebih memakai kata أنزل dikarenakan Al-Qur’an utuh turun dari Lauh Mahfudz. Hujjah yang menyatakan bahwa Al-Qur’an ada di Lauh Mahfudz adalah بل هو قرآن مجيد في لوح محفوظ. Lalu setelah itu Malaikat jibril disuruh untuk mencatat ulang dan menyuruh Malaikat Safar untuk menulisnya kembali.
Setelah ditulis ulang kembali. Kemudian turun yang ke langit pertama yang dinamakan langit Baitul Uzzah (بيت العزة) disinilah kelak Al-Qur’an turun secara terperinci ke Baginda Rasullah SAW oleh karenanya ayat yang berkaitan turun dari Baitul Izzah ke Baginda Rasul pemakaian leksikonnya pakai kata نزّل .
Lalu selanjutnya bagi kita yang merayakan malam diturunkan Al-Qur’an kenapa memakai nuzulul Qur’an (نزول القرآن) bukan تنزيل القرآن atau إنزال القرآن? Jawabanya untuk kehati-hatian karena kita sebagai hamba lemah tidak tau apakah yang turun saat malam Ramadan itu Al-Qur’an yang turun dari Lauh Mahfudz ke Langit Pertama atau dari langit pertama ke Baginda Rasulullah SAW. Karena kata نزول merupakan masdar dari bentuk asal نزل –ينزل yang punya sifat netral dan musytarak (bermakna tunggal).
إِنَّ اللَّهَ لَا يَخْفَى عَلَيْهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ (5) هُوَ الَّذِي يُصَوِّرُكُمْ فِي الْأَرْحَامِ كَيْفَ يَشَاءُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Artinya : (5) Sesungguhnya bagi Allah tidak ada satupun yang tersembunyi di bumi dan tidak (pula) di langit (6) Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana
Allah mengabarkan bahwa Dia mengetahui apa yang tersembunyi di langit dan di bumi. Tidak ada sesuatu pun yang ada diantara keduanya yang tersembunyi darinnya. Dan di dalam ayat ini tersirat bahwa jelas sekali menunjukkan bahwa Isa bin Maryam adalah hamba yang diciptakan , sebagaimana Allah telah menciptakan seluruh umat manusia, karena Dia telah membentuknya dalam rahim dan menciptakannya sesuai dengan yang dikehendaki-Nya, maka bagaimana mungkin dia menjadi ilah (sesembahan) sebagaimana anggapan orang-orang Nasrani, sesungguhnya ia telah mengalami proses pertumbuhan dalam kandungan ibunya dari sesuatu keadaan kepada adanya yang lain. (AJ)