Dispertan Kudus Optimis Budidaya Tanaman Tembakau di Menawan Kudus Berhasil Baik

oleh -2,676 kali dibaca

Kudus, isknews.com – Meski dikenal sebagai Kota Kretek, namun Kudus tidak dikenal sebagai wilayah penghasil tembakau. Faktor tanah, iklim, sejarah, dan ekonomi lebih mendukung industri kretek daripada budidaya tembakau.

Namun, sejumlah petani di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, kini mulai mencoba menanam tembakau di area persawahan lereng Gunung Muria. Petani berharap dengan hasil tembakau tersebut nantinya dapat lebih menguntungkan dibanding komoditas pertanian yang sebelumnya ditanam.

Petani saat menanam bibit tembakau (Foto: YM)

Kabupaten Kudus hingga saat ini belum memiliki komoditas pertanian tembakau. Padahal, puluhan pabrik rokok yang beroperasi di Kudus ini membutuhkan pasokan tembakau yang sangat tinggi.

Berawal dari kondisi tersebut, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Kudus mengajak para petani di Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus, membuat demplot tembakau dengan menyiapkan lahan seluas dua hektar.

Kelompok Tani Bangunharja Desa Menawan, Sutrisno, menuturkan penanaman tembakau ini baru pertama kali dilakukan oleh petani di Kudus.

“Penanaman tembakau ini baru pertama kali dilakukan oleh petani di Kudus. Prosesnya belum menemukan kendala, dan fasilitas air tercukupi dari alam,” ujar Sutrisno, petani tembakau.

Petani tembakau di Menawan saat sedang merawat hasil tanamannya di demplot (YM)

Para petani berharap bahwa hasil dari penanaman tembakau ini dapat meningkatkan taraf hidup mereka.

“Kami berharap dengan hasil pertanian tembakau ini dapat merubah taraf hidup petani lebih baik,” kata Sutrisno awal Juli lalu.

Penanaman tembakau ini dilakukan di lahan seluas dua hektar dengan bantuan bibit dari Dinas Pertanian dan Pangan Kudus. Proses penanaman dimulai dengan penyemaian bibit selama 15 hari, kemudian dipindahkan ke lahan dengan jarak tanam 70 x 80 sentimeter.

Sutrisno menjelaskan bahwa masa tanam hingga panen membutuhkan waktu antara tiga hingga empat bulan.

“Estimasi satu pohon tembakau bisa menghasilkan sekitar empat kilogram daun tembakau,” jelasnya.

Kelompok Tani Bangunharja menanam tembakau jenis Pancak Madura, yang dikenal memiliki kualitas daun yang baik.

“Kami mendapatkan bantuan 26 ribu bibit dari Dinas Pertanian dan Pangan Kudus,” tambah Sutrisno.

Para petani optimis bahwa penanaman tembakau ini akan berhasil dan memberikan hasil yang memuaskan.

“Kami fokus bagaimana caranya berhasil menanam tembakau hingga panen. Karena itu sebuah kebanggaan, bisa menanam tembakau pertama di Kudus yang notabene adalah Kota Kretek,” tandas Sutrisno.

Selain itu, Dinas Pertanian dan Pangan Kudus juga telah menjanjikan akan membantu dalam pemasaran hasil panen tembakau.

“Dispertan sudah berjanji nanti ada yang membeli hasil panen kami,” ungkap Sutrisno.

Dengan adanya penanaman tembakau ini, diharapkan Kudus dapat menjadi salah satu daerah penghasil tembakau yang berkualitas.

“Kami berharap bisa berhasil menanam tembakau ini hingga panen, sehingga nanti para petani lain juga bersedia menanam tembakau di Kota Kretek,” harap Sutrisno.

Pengembangan tembakau jenis Prancak Madura yang ditanam di lereng Gunung Muria, tepatnya di Desa Menawan, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus, berhasil tumbuh dengan baik.

Keinginan pribadi para petani itu sukses menumbuhkan tanaman tembakau yang kini usianya sudah 1,5 bulan. Kondisinya saat ini pun sesuai harapan.

Kepala Bidang (Kabid) Tanaman Pangan dan Perkebunan Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan) Kudus, Agus Setiawan, menyampaikan kondisi tanaman tembakau yang tumbuh di demplot (demonstrasi plot) Menawan, daunnya bagus sesuai harapan.

“Secara biologis tumbuh sesuai karakteristiknya. Daun lebar, tidak menebal, bagus,” ujar Agus, Sabtu, 13 Juli 2024.

Budidaya tanaman tembakau yang bekerja sama dengan PT Sadana, Rembang itu, lanjut Agus, rencananya akan segera panen.

Di mana usia panen terakhir tanaman tembakau itu 3 bulan sekali, artinya tembakau di Menawan bisa dipanen dalam waktu 1,5 bulan ke depan. Sebab usia tanaman di lereng Muria seluas 2 hektar itu kini sudah berusia 1,5 bulan.

“Setengah bulan lagi bisa dipanen, dipetik daunnya dan termasuk kategori grade terendah (grade A),” kata Agus.

Sejauh ini, menurut Agus, sudah ada 10 hingga 15 orang warga Kudus yang tertarik menanam tembakau di wilayah Kabupaten Kudus.

Selain di Desa Menawan, demplot tanaman tembakau juga ada di Desa Klumpit, Kecamatan Gebog yang baru ditanam 2 minggu lalu, dan di Desa Gulang, Kecamatan Mejobo yang usianya sudah 2 bulan tapi kualitasnya tidak sebagus di Menawan.

Hasil yang berbeda antara tembakau di Menawan dan Gulang, menurut Agus dipengaruhi oleh sejumlah hal.

Meskipun tembakau bisa tumbuh di semua tempat asalkan kriteria biologis seperti air cukup, tapi untuk kualitas pasti berbeda, lebih bagus di daerah-daerah yang minimal memiliki ketinggian 400-500 mdpl.

“Sebab itu sebelum kita pilih demplot di Menawan, kita pastikan terlebih dahulu dari sisi topografinya, ketinggian lahan, karakteristik mineral tanahnya, dan sebagainya, hingga akhirnya tetapkan Menawan yang cocok (ditanami tumbuhan tembakau),” jelas Agus.

Begitu pula dengan kualitas tanah yang ada di wilayah Desa Menawan ke timur, atau lereng Gunung Muria, kualitas kandungan mineral di wilayah tersebut juga dipastikan bagus untuk menanam tembakau.

Hal itu dibuktikan dengan hampir semua tumbuhan yang tumbuh di wilayah tersebut, ketika di pasaran memiliki kualitas tinggi.

“Harapan kami ke depan, Menawan bisa menjadi sentra penghasil tembakau di Kudus. Setelah panen, semoga bisa diterima perusahaan pengolah tembakau. Kita juga rencanakan mencoba menanam di 10 hektar nantinya,” ungkap Agus.

Terlebih melihat animo masyarakat saat ini dengan rokok, yang mana bahan utama rokok adalah tembakau, diharapkan Kudus bisa ikut andil dalam produksi tanaman tersebut.

Sehingga Kudus bukan hanya dikenal sebagai Kota Kretek karena ada banyak perusahaan rokok yang beroperasi, tapi juga sebagai sentra penghasil tembakau dengan cita rasa khasnya. (YM/YM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :

No More Posts Available.

No more pages to load.