Dukung Program Zero Rabies, 220 Hewan di Kudus Terima Vaksinasi

oleh -189 kali dibaca
Foto: Program Vaksinasi rabies untuk hewan kucing di Dispertan Kudus. (Aris Sofiyanto/ISKNEWS.COM)

Kudus, isknews.com – Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan) Kabupaten Kudus kembali mengadakan program vaksinasi rabies gratis untuk kucing dan anjing peliharaan. Kegiatan yang berlangsung di Kantor Dispertan Kudus ini berhasil menarik perhatian warga, dengan total 220 ekor hewan yang mendapatkan vaksinasi. Program ini diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Rabies Sedunia yang jatuh pada 28 September lalu.

Kepala Dispertan Kudus, Didik Tri Prasetyo, menjelaskan bahwa vaksinasi rabies sudah dilaksanakan pada 25 September 2024 dengan jumlah 80 ekor hewan. Karena tingginya minat masyarakat, Dispertan Kudus kembali menggelar program serupa untuk melayani lebih banyak pemilik hewan. “Karena antusiasme masyarakat tinggi, hari ini kami kembali melaksanakan vaksinasi rabies gratis untuk 220 ekor kucing dan anjing,” jelas Didik.

Pelaksanaan kegiatan ini melibatkan 10 dokter hewan dan beberapa tim pendukung dari organisasi, seperti Let’s Adopt Indonesia (LAI), Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI), dan Cat Rescue Community (CRC). Didik menambahkan bahwa program ini juga bertujuan mendukung target wilayah zero rabies di Jawa Tengah. “Hingga saat ini, Kudus masih bebas dari kasus rabies, dan kami terus berupaya menjaga situasi ini,” terangnya.

Selain vaksinasi rabies, Dispertan Kudus bekerja sama dengan CRC dan LAI dalam melakukan sterilisasi kucing liar. Ketua CRC Kudus, Adisty Kurnianingrum, mengungkapkan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi jumlah populasi kucing liar di Kudus. Sebanyak 120 ekor kucing yang ditangkap dari berbagai kawasan di Kudus, seperti Balai Jagong dan Taman Wergu, telah disterilisasi.

Proses sterilisasi dilakukan oleh dokter hewan dari LAI dengan prosedur yang aman dan berstandar. Pada kucing jantan, dilakukan pengangkatan testis, sedangkan pada kucing betina, dilakukan pengangkatan ovarium dan rahim. “Tujuan utama kami adalah mengendalikan populasi kucing liar agar tidak menjadi gangguan bagi masyarakat,” jelas Adisty.

Adisty juga menjelaskan bahwa metode yang digunakan dalam sterilisasi ini adalah Trap-Neuter-Return (TNR), yang melibatkan penangkapan kucing liar, sterilisasi, dan kemudian pelepasan kembali ke habitat asal mereka setelah pulih. “Dengan pendekatan ini, kami berharap dapat mengurangi masalah populasi kucing liar tanpa harus memindahkan atau membuang mereka,” tambahnya. (AS/YM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :