Kudus, isknews.com – Upaya menjadikan situs purbakala Patiayam sebagai cagar budaya nasional kembali mendapat angin segar. Meski masih terganjal kendala administratif dan batas wilayah, Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia menunjukkan keseriusan dengan mengirimkan Direktur Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan, Ahmad Mahendra, untuk meninjau langsung kawasan tersebut di Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Selasa (18/6/2025).
Kehadiran Dirjen menjadi langkah konkret dari dorongan Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, yang beberapa hari sebelumnya mengunjungi lokasi penemuan fosil purba Elephas bersama tim arkeolog.
“Pak Dirjen datang melihat langsung kondisi di lapangan. Ini penting sebagai dasar menentukan bentuk fasilitasi dan dukungan dari Kementerian Kebudayaan,” ujar Staf Khusus Wakil Ketua MPR RI, Usman Kansong.
Kunjungan dimulai dari Museum Patiayam untuk melihat koleksi fosil-fosil purba, dilanjutkan dengan dialog bersama Bupati Kudus, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kudus, serta pemerintah desa. Rombongan kemudian menuju lokasi penemuan terbaru yang hanya berjarak sekitar 100 meter dari permukiman warga.
Dalam diskusi tersebut, muncul sejumlah gagasan untuk menghidupkan kawasan situs melalui pendekatan budaya dan wisata edukatif. Dirjen Ahmad Mahendra disebut tengah menjajaki kemungkinan festival, kegiatan edukasi, hingga maraton arkeologi di sekitar pegunungan Patiayam yang membentang hingga Kabupaten Pati.
“Semuanya sedang digodok. Pemerintah pusat ingin hadir, baik dari segi fasilitas, infrastruktur, maupun dorongan administratif,” imbuh Usman.
Situs Patiayam sendiri dinilai telah memenuhi syarat sebagai warisan dunia oleh para arkeolog. Namun, proses penetapan sebagai situs nasional masih tersendat, salah satunya karena status administratif dan tumpang tindih wilayah.
“Semuanya sedang berproses. Ini bukan hanya soal Kudus atau Pati, tapi kepentingan pelestarian budaya nasional,” tegas Usman.
Bupati Kudus, Sam’ani Intakoris, menyambut positif langkah Kementerian Kebudayaan. Ia menyebut fosil-fosil purba yang ditemukan di Patiayam adalah berkah besar bagi Kabupaten Kudus.
“Ini kebanggaan kami. Semoga bisa menjadi situs nasional bahkan dikenal dunia,” katanya.
Sebagai bentuk keseriusan, Pemkab Kudus juga tengah mempersiapkan langkah tukar guling tanah desa yang digunakan untuk museum agar status lahan menjadi lebih jelas. Museum Patiayam ke depan akan dibuka lebih inklusif dan ramah bagi anak-anak muda untuk belajar dan berkegiatan.
“Kami ingin Patiayam bukan sekadar lokasi penelitian, tapi pusat edukasi arkeologi yang terbuka untuk semua,” lanjut Sam’ani.
Harapan besar tertuju pada pengakuan resmi situs Patiayam sebagai cagar budaya nasional. Jika berhasil, langkah ini tidak hanya melestarikan sejarah, tetapi juga mengangkat Kudus sebagai pusat pengetahuan prasejarah Indonesia. (YM/YM)