Kudus, isknews.com – Sekitar 20 pemuda warga Desa Rejosari, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, menggelar audiensi di Balai Desa Rejosari pada Senin (3/9/2024) untuk meminta penjelasan terkait sejumlah laporan pembangunan yang dipajang di beberapa tempat di desa tersebut.
Para pemuda menilai bahwa apa yang tertera di laporan tersebut tidak sesuai dengan hasil pembangunan yang nyata di lapangan.
Tedi Mustika Aji dari Dukuh Poh Dengkol, salah satu perwakilan pemuda yang hadir dalam audiensi tersebut, mengungkapkan keresahan yang dirasakan oleh para pemuda di desanya. Menurutnya, sejak Aris Widiarto menjabat sebagai Kepala Desa Rejosari, banyak janji-janji yang disampaikan kepada masyarakat tidak direalisasikan.
Salah satu contoh yang dikemukakan adalah janji pembangunan lapangan desa dan perbaikan fasilitas jalan yang hingga kini, setelah lima tahun kepemimpinannya, belum menunjukkan perkembangan yang signifikan.
“Kami meminta agar warga masyarakat diberikan penjelasan yang jelas mengenai situasi ini. Mengapa di Desa Rejosari tidak pernah ada hiburan atau perbaikan fasilitas umum yang memadai? Bagaimana bisa dana desa sebesar Rp 3 miliar dengan saldo 0 tidak terlihat ada pembangunan yang berarti?” kata Tedi usai sesi audiensi tersebut.
Selain itu, Tedi juga menyoroti anggaran desa yang seharusnya dialokasikan untuk kegiatan pemuda, seperti IPNU dan Karang Taruna, yang tampaknya tidak jelas penggunaannya. Ia mengungkapkan bahwa setiap kali ia mencoba mengkonfirmasi terkait dana anggaran untuk Karang Taruna, pihak desa selalu menyampaikan bahwa dana tersebut sudah habis, meskipun dalam audiensi kali ini perwakilan desa menyebutkan bahwa masih ada sisa dana sekitar Rp 7 juta.
“Ini menimbulkan kekecewaan di kalangan pemuda, karena kami merasa tidak mendapatkan perhatian dan dukungan dari pemerintah desa dalam mengembangkan kegiatan kepemudaan,” ujar Tedi.
Lebih lanjut, Tedi juga menyinggung kondisi jalan di Dukuh Poh Dengkol yang hingga kini masih dalam keadaan buruk.
“Jalan-jalan di dukuh saya hingga kini masih jelek semua, bahkan jalan menuju makam. Warga harus berinisiatif mengumpulkan iuran untuk memperbaiki jalan tersebut,” ungkapnya.
Namun, setelah mendengar adanya iuran dari warga, Kepala Desa menjelaskan bahwa sebenarnya pihaknya telah menganggarkan perbaikan jalan itu, namun ternyata dananya bersumber dari aspirasi partai, bukan dari APBDes.
Secara umum, Tedi mengungkapkan bahwa hasil audiensi tersebut masih belum memuaskan pihaknya. “Kami masih merasa belum puas, tapi pihak pemerintah desa berjanji untuk menyampaikan segala keluh kesah warga ke Pak Inggi, yang dijanjikan akan dilakukan pada bulan Oktober mendatang,” jelas Tedi.
Namun, ia juga menambahkan bahwa menurut pemdes, merealisasikan semua program secara sekaligus memang berat dan harus dilakukan secara bertahap.
“Saya katakan, ini kan Kepala Desa bukan baru menjabat, tapi sudah lima tahun menjabat. Mestinya, ada perubahan yang lebih signifikan dari sekarang,” tegas Tedi.
Sementara itu, mewakili Kepala Desa Aris Widiarto yang saat audiensi sedang dirawat inap di rumah sakit akibat sakit, Plt Sekretaris Desa, Agung Triyatno, menyampaikan apresiasi atas kehadiran sejumlah elemen warga yang meminta penjelasan terkait penggunaan dana APBDes selama ini.
“Kami sudah jelaskan semuanya kepada mereka karena menurut kami mereka belum paham bahwa setiap dana desa itu ada prioritasnya masing-masing dan titik pembangunannya masing-masing. Tadi mereka sudah bisa menerima dan mereka mengusulkan apa-apa yang belum tercover, dan kami sudah inventarisir untuk disampaikan di musdes yang akan datang,” jelas Agung.
Terkait klarifikasi mengenai anggaran untuk organisasi pemuda seperti IPNU, Plt Sekdes Agung mengatakan pihaknya akan mengkaji ulang kembali alokasinya.
“Selama ini dana bantuan kegiatan untuk IPNU juga satu paket dengan Karang Taruna yang saat ini sedang vakum,” tambahnya.
Ditempat yang sama, Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Rejosari, Rudi Afandi, juga memberikan pandangannya terkait audiensi tersebut. Rudi menyebut bahwa audiensi ini digelar oleh para pemuda untuk mempertanyakan sejumlah hal, salah satunya mengapa kegiatan yang awalnya banyak sekarang sudah berkurang.
“Untuk lanjutan dan keputusan, ya kami serahkan kepada Kades dan pemdes,” ujarnya.
Ketika disinggung mengenai keresahan warga yang disampaikan dalam audiensi, Rudi menjelaskan bahwa pihaknya telah mendengar langsung keluhan tersebut.
“Untuk lebih jelasnya, kami pertemukan mereka dengan pemdes yang lebih menguasai detail permasalahan,” kata Rudi, menegaskan bahwa BPD akan terus memantau perkembangan situasi ini.
Kegiatan audiensi ini diakhiri dengan kesepakatan bahwa pemerintah desa akan memberikan laporan yang lebih rinci terkait penggunaan anggaran dan progres pembangunan dalam waktu satu bulan ke depan. Para pemuda pun berkomitmen untuk terus mengawal proses pembangunan desa demi kesejahteraan bersama. (YM/YM)