Jepara, isknews.com (Lintas Jepara) – Destinasi wisata bernuansa alam kini banyak digandrungi oleh masyarakat khususnya kawula muda. Di Jepara spot-spot wisata berbasis alam banyak bermunculan. Buat yang ingin sekedar ngadem ditengah teriknya cuaca di kota ukir bisa mencoba untuk datang ke Telaga Sejuta Akar yang ada di Desa Bondo, Kecamatan Bangsri. Telaga yang sudah ada entah sejak kapan itu, kini mulai ditata dan dijadikan sebagai destinasi wisata desa.
Telaga Sejuta Akar merupakan spot wanawisata yang menyuguhkan telaga yang diatasnya banyak terdapat akar pohon beringin karet atau Ficus Elastica.Mitosnya, tempat itu adalah petilasan Dewi Anjani yang kemudian melahirkan anak yang berupa kera putih Hanoman. Untuk memasuki obyek wisata itu, per orang hanya dikenai biaya kebersihan sebesar Rp 2.500.
Hadi Priyanto Ketua Pengelola Telaga Sejuta Akar mengatakan, mitosnya dulu telaga ini disebut sebagai Telaga Mandireja, tempat dimana Dewi Anjani hamil dan kemudian melahirkan kera berwarna putih yang disebut Hanoman. Sehingga dulu, disini banyak spesies tersebut. Namun kini sudah tidak ada jejaknya.
Hadi menceritakan, kisah lain juga menyebut jika sebelum desa itu ditinggali oleh orang, telaga tersebut telah ada. Konon, sesepuh desa tersebut bernama Mbah Isrom, sengaja tidak membabat pepohonan yang ada. Dukuh ini ada sekitar tahun 1901. Dulu tempat ini disakralkan, konon orang yang menstruasi tidak boleh memasuki salah satu bagian dari tempat ini. “Namun kini sudah tidak apa-apa,” katanya, Sabtu (9/9/2017.
Selain sebagai tempat wisata, kata Hadi, telaga ini juga sebagai sumber vital bagi pengairan puluhan hektar sawah di Desa Bondo. Total ada 90 hektar sawah yang bisa teraliri air dari telaga tersebut. “Telaga ini sempat mengering karena banyaknya sedimentasi. Akhirnya pada sepuluh tahun lalu, warga bersama pemerintah desa mulai merevitalisasi tempat tersebut,” imbuhnya.
Lebih lanjut mantan Kabag Humas Pemkab Jepara ini menurutkan jika kedepan, pihaknya akan menjadikan Telaga Sejuta Akar ini menjadi semacam laboratorium pendidikan alam. Soalnya pepohonan disini juga cukup langka. Selain itu, pihaknya ingin dengan merawat tempat ini, air yang digunakan untuk pengairan bisa terus tercukupi. Berbagai kegiatan telah digelar di obyek wisata ini, yang terbaru dan cukup besar yakni Festival Mata Air yang digelar beberapa waktu lalu. Prosesi ruwatan mata air juga digelar di lokasi ini. (ZA)
KOMENTAR SEDULUR ISK :