Siap Tampil Beda Pakai Mukena Hingga Sepatu dari Ecoprint Godhong Salam Kudus

oleh -1,360 kali dibaca
Helma Susanti Owner Ecoprint Godhong Salam saat menunjukkan Bergama hasil prouksi buatannya. (Aris Sofiyanto/ISKNEWS.COM)

Kudus, isknews.com – Tren fesyen ramah lingkungan semakin diminati, termasuk dalam busana muslim. Salah satu inovasi yang tengah digandrungi adalah mukena berbahan ecoprint, teknik pewarnaan alami yang menghadirkan motif unik dari daun dan bunga.

Di Kudus, Ecoprint Godhong Salam yang digagas Helma Susanti (53) menghadirkan beragam produk berbasis ecoprint, mulai dari mukena eksklusif hingga sepatu handmade, yang siap membuat penampilan lebih elegan dan berbeda.

“Setiap motif pada ecoprint itu unik, karena langsung berasal dari pola alami daun dan bunga yang direplika di atas kain. Ini yang membuat produk kami eksklusif, tidak ada yang benar-benar sama,” ujar Helma, penggagas Komunitas Batik Ecoprint Kudus, saat ditemui di rumahnya di Dersalam Kudus.

Foto: Dokumentasi dari Ecoprint Godhong Salam Kudus

Mukena dan Sepatu Ecoprint Laris Manis Jelang Lebaran

Menjelang Lebaran, mukena ecoprint menjadi salah satu produk paling dicari. Harganya bervariasi, mulai Rp350 ribu hingga Rp500 ribu, tergantung jenis kain yang digunakan, seperti rayon, viscose, katun, hingga sutra. Sementara itu, sepatu ecoprint yang diproduksi terbatas juga mulai menarik perhatian pasar.

Selain mukena dan sepatu, Ecoprint Godhong Salam juga menawarkan berbagai produk lain, seperti Baju tunik & hem, Tas kulit kombinasi karung goni, Sajadah & peci, Mug & buku bermotif ecoprint, Topi & hampers eksklusif dan produk lainnya.

Produk-produk ini tak hanya diminati oleh masyarakat Kudus, tetapi juga dipesan dari berbagai kota di Pulau Jawa dan luar Jawa. “Sebagian besar pembeli menjadikan kain ecoprint sebagai bahan busana sendiri atau hampers hadiah untuk orang tersayang,” jelas Helma.

Bahan Berkualitas dari Alam, Pola Unik dari Daun Pilihan

Untuk menghasilkan motif yang khas, Helma menggunakan berbagai jenis daun, seperti daun jati, daun jarak, daun betadine, daun jambu, hingga daun lanang. Ia memiliki lahan seluas 2 hektare di Kandangmas, tempat ia membudidayakan tanaman-tanaman yang daunnya bisa dimanfaatkan untuk ecoprint.

“Kalau di Kandangmas, tinggal ambil daun karena sudah tersedia. Sedangkan di sini (Dersalam), lebih terbatas,” katanya.

Helma juga menegaskan bahwa ecoprint bukan sekadar tren, tetapi juga bagian dari upaya menjaga lingkungan dengan menggunakan pewarna alami. “Tidak ada bahan kimia, semuanya berasal dari alam, sehingga lebih ramah lingkungan dan tetap menghasilkan karya berestetika tinggi,” tambahnya.
Tersertifikasi dan Berharap Ecoprint Kian Mendunia

Sebagai seorang pengrajin ecoprint yang berkomitmen pada kualitas, Helma telah mengantongi Sertifikat ToT (Training of Trainer) dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) khusus untuk ecoprint. Dengan sertifikasi ini, ia semakin percaya diri dalam berbagi ilmu dan keterampilannya kepada masyarakat luas.

“Harapannya, ecoprint semakin dikenal dan diminati masyarakat luas, baik di dalam maupun luar negeri. Selain itu, saya ingin teknik ini terus berkembang dan dapat membuka peluang usaha bagi banyak orang,” pungkasnya. (AS/YM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :