Tari Gusjigang, Gambarkan Kehidupan Masyarakat Kudus

oleh -1,405 kali dibaca
Foto: Pertunjukan tari gusjigang dalam acara pengukuhan BPC PHRI Kudus, Kamis (03-05-2018). (Nila Niswatul Chusna/ISKNEWS.COM)

Kudus, ISKNEWS.COM – Bagus, Ngaji dan Dagang atau yang dikenal dengan nama Gusjigang, merupakan ajaran luhur warisan Syekh Ja’far Shoddiq untuk masyarakat Kudus. Di Kudus, Gusjigang melekat kuat dalam kehidupan masyarakat Kudus.

Menurut Galuh Winda Olief (21), mahasiswa Jurusan Seni Tari di Institut Kesenian Yogjakarta ini memaknai Gusjigang mengajarkan masyarakat Kudus untuk hidup secara seimbang antara kehidupan duniawi dan akhirat.

“Gus atau bagus, memiliki makna bahwa untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat manusia harus memiliki akhlak atau prilaku yang baik. Ji atau ngaji, bermakna untuk memperoleh kebahagiaan akhirat, manusia harus rajin mengkaji ilmu-ilmu agama. Gang atau dagang, diartikan sebagai salah satu cara untuk memperoleh kebahagiaan duniawi dengan cara berdagang,” kata Olief, sapaan akrabnya, Kamis (03-05-2018).

Diakui oleh Olief jika Gusjigang menjadi suatu ciri khas dari kehidupan masyarakat Kudus. Untuk mensosialisasikan Gusjigang kepada khalayak ramai, Olief mengemasnya dalam sebuah kesenian yang bernama Tari Gusjigang. Tari tersebut, menggambarkan ajaran Gusjigang yang diamalkan masyarakat Kudus dalam kehidupan sehari-hari.

Foto: Galuh Winda Olief dan para penari gusjigang dalam acara pengukuhan BPC PHRI Kudus, Kamis (03-05-2018). (Nila Niswatul Chusna/ISKNEWS.COM)

Kepada isknews.com, Olief sudi berbagi kisahnya dalam menciptakan tari Gusjigang. Olief mengaku, meskipun dirinya adalah warga asli Kudus, namun awalnya Olief tidak mengetahui secara utuh makna Gusjigang. Justru dirinya mengetahui dan memahami makna gusjigang dari para seniornya di Keluarga Kudus Yogjakarta (KKY).

“Waktu itu akhir tahun 2016, dari senior KKY ada yang meminta saya untuk membuat tari Gusjigang. Dari itu, saya mulai belajar dan mendalami ajaran gusjigang dengan bantuan para senior di KKY. Setelah satu bulan lamanya mempelajarinya, akhirnya terciptalah sebuah tarian yang mencerminkan ajaran gusjigang,” tuturnya.

Tarian tersebut kemudian ditampilkan untuk pertama kalinya di sebuah pertunjukan yang ada di Yogjakarta. Setelah beberapa kali tampil di Yogjakarta, akhirnya Olief memperoleh kesempatan untuk menampilkan tari gusjigang yang diciptakannya dihadapan masyarakat Kudus.

Dalam acara ulang tahun KKY ke 50, ia dan kawan-kawannya berhasil memukau masyarakat Kudus dengan tarian gusjigang. Olief tidak memungkiri, tarian gusjigang yang ditampilkannya di Kudus, telah banyak berubah dari konsep awalnya. Dia mengatakan jika awalnya tarian tersebut dimainkan oleh laki-laki dan perempuan. Karena saat itu penari laki-laki dari Kudus tidak bisa maksimal dalam memainkannya, sehingga ia merubah konsep tari gusjigang untuk perempuan saja.

Dibantu Al Mizan, Olief membuat musik untuk tarian gusjigang. Sedangkan untuk busananya, merupakan hasil karya Olief dalam mengimplementasikan sosok wanita yang anggun, religius namun tidak melupakan unsur klasik.

“Untuk gerakannya sendiri, saya mengambil ajaran gusjigang yang ada di masyarakat seperti bagus yang direalisasikan dalam gaya bersolek, bersolek dalam hal ini adalah memperbaiki akhlaknya. Lalu ngaji yang diimplementasikan dalam gerakan wudhu yang mencerminkan ketaatan manusia kepada Tuhan dan dagang yang tercermin dalam gerakan memikul maupun kipas-kipas uang yang merupakan bagian dari perjuangan masyarakat dalam mencari nafkah. Gerakan ini memang tidak dapat menggambarkan secara utuh mengenai ajaran gusjigang,” jelas Olief.

Dilanjutkannya, “Meskipun begitu, saya berharap dengan adanya tari ini dapat memberi gambaran akan realisasi gusjigang dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya itu, semoga keberadaan tarian ini dapat menambah variasi budaya dan kesenian yang ada di Kabupaten Kudus.” (NNC/WH)

KOMENTAR SEDULUR ISK :