Kudus, isknews.com – Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kudus mencatat inflasi di Kudus pada bulan Juni sebesar 2,37 persen. Dimana hal itu dipengarhui oleh lima komoditas yang cukup berpengaruh. Di antaranya cabai rawit, sigaret kretek mesin (SKM), sigaret kretek tangan (SKT), kentang dan emas.
“Ya, kami laporkan inflasi year on year Kudus pada Juni 2024 sebesar 2,37 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) 106,10 persen. Angka ini lebih rendah dari inflasi tahunan pada Juni 2023 yang mencapai 3,76 persen,” jelas Kepala BPS Kabupaten Kudus, Eko Suharto pada agenda press release inflasi Kudus Juni 2024 di Aula BPS Kabupaten Kudus, Selasa (2/7/2024).
Diketahui, kata Eko, pada triwulan pertama 2024 Kudus telah mengalami deflasi, sedangkan di triwulan kedua, bulan April sampai Juni terjadi inflasi.
Sementara untuk deflasi yang terjadi di Kudus mengalami penurunan menjadi minus 0,23 persen. Hal itu dipengaruhi oleh turunnya beberapa harga kebutuhan pokok seperti bawang, telur ayam, daging ayam, tomat dan jeruk.
Sedangkan inflasi bulanan yang dicatat BPS, pihaknya melaporkan lima komoditas yang cukup berpengaruh. Di antaranya cabai rawit, sigaret kretek mesin (SKM), sigaret kretek tangan (SKT), kentang dan emas.
“Dalam beberapa bulan terakhir harga emas terus naik,” imbuhnya.
Menurutnya, untuk menjaga kestabilan inflasi dan deflasi di Kabupaten Kudus, pemerintah daerah dalam memfasilitasi penyediaan stok barang dan komoditas.
“Kudus bukan kota penghasil, tetapi sebagai pemasok barang dari luar daerah, sehingga perlu difasilitasi supaya ketersediaan stok selalu ada,” kata Eko.
Lebih lanjut, dia menyontohkan negara Singapura yang mempunyai wilayah sempit namun dapat memfasilitasi pedagang baik dalam maupun luar daerah.
“Upaya pemda, bisa memfasilitasi pedagang di Kudus dan luar supaya barang tercukupi, sehingga bisa mengendalikan inflasi,” terangnya. (AS/YM)