Kudus, isknews.com – Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kudus mencatat adanya inflasi pada Oktober 2024 sebesar 0,14 persen secara month to month. Meski angka inflasi relatif kecil, komoditas seperti bawang merah dan emas perhiasan terbukti menjadi penyumbang utama dalam peningkatan harga di pasar lokal.
Kusuma Agung Handaka, Statistis Ahli Madya BPS Kudus, menjelaskan bahwa kelompok makanan, minuman, dan tembakau memegang peran signifikan dalam inflasi bulan ini, dengan kontribusi inflasi sebesar 0,43 persen dan andil 0,11 persen. Selain itu, kelompok pengeluaran untuk perawatan pribadi juga turut menyumbang inflasi sebesar 0,39 persen dengan andil 0,03 persen.
“Lima komoditas yang memberi andil inflasi terbesar di Kudus adalah bawang merah yang menyumbang 0,04 persen, diikuti oleh emas perhiasan, kopi bubuk, sigaret kretek mesin, dan daging ayam ras, masing-masing dengan andil inflasi 0,02 persen,” jelas Agung dalam konferensi pers yang diadakan Senin (4/11/2024).
Meskipun inflasi terjadi, terdapat juga komoditas yang berkontribusi pada deflasi. Bensin mencatat andil deflasi sebesar 0,06 persen, sedangkan kentang, cabai merah, wortel, dan daun bawang masing-masing menyumbang deflasi sebesar 0,01 persen.
Secara year on year, Kudus mengalami inflasi sebesar 1,45 persen. Meski demikian, angka tersebut masih berada dalam batas aman sesuai ketetapan pemerintah yang menetapkan rentang inflasi tahunan antara 1,5 hingga 3,5 persen.
“Untuk inflasi year on year, komoditas yang memberi andil terbesar adalah emas perhiasan dengan 0,18 persen, sigaret kretek mesin 0,13 persen, minyak goreng dan sekolah dasar masing-masing 0,11 persen, serta bahan bakar rumah tangga 0,09 persen,” lanjut Agung.
Berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK), Kudus mencatat angka 106,08. Jika dibandingkan dengan daerah lain, Kudus mencatat inflasi yang relatif rendah, hanya berada di atas Kota Surakarta yang mengalami inflasi sebesar 0,11 persen pada bulan yang sama.
Secara keseluruhan, Agung menegaskan bahwa perekonomian Kudus masih dalam kondisi stabil. “Perekonomian kita masih on the track, dengan inflasi year on year yang aman di kisaran 1,45 persen,” pungkasnya.
Meski begitu, pemerintah daerah diimbau tetap waspada terhadap potensi kenaikan harga komoditas yang bisa berdampak pada daya beli masyarakat. (AS/YM)