Kudus, isknews.com – Puluhan anak di Dukuh Piji Wetan, Desa Lau, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, larut dalam keseruan permainan tradisional. Tanpa gadget di tangan, mereka bergembira memainkan egrang, lompat tali, dakon, hingga estafet kayu dalam kegiatan yang digagas Komunitas Kampung Budaya Piji Wetan.
Kegiatan ini bukan sekadar ajang nostalgia. Menurut Freeda Jaharotun Nasisah, koordinator acara, kampanye darurat gadget ini bertujuan mengedukasi anak-anak agar tidak bergantung pada perangkat teknologi.
“Sekarang banyak anak kecanduan HP. Kalau tidak dibatasi, bisa berdampak buruk pada mental dan perilaku mereka,” ujar Ida, sapaan akrabnya, saat ditemui Selasa (21/01/2025).
Sebelum permainan dimulai, anak-anak yang membawa ponsel diminta menyerahkannya ke satu wadah. Mereka baru diperbolehkan mengambilnya setelah acara selesai.
“Dengan begitu, anak-anak bisa fokus berinteraksi langsung dengan teman-temannya dan menikmati permainan tradisional,” imbuh Ida.
Kegiatan ini juga menjadi dukungan nyata terhadap kampanye pembatasan akses media sosial untuk anak-anak yang sedang dicanangkan pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi). Menurut Ida, permainan tradisional tidak hanya menyenangkan tetapi juga berperan penting dalam tumbuh kembang anak, baik secara fisik maupun sosial.
“Saat bermain lompat tali, misalnya, mereka melatih koordinasi motorik. Saat bermain dakon, mereka belajar menghitung dan strategi. Permainan tradisional ini punya nilai edukasi yang luar biasa,” jelasnya.
Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk melestarikan budaya yang kian tergerus zaman.
“Kalau tidak dikenalkan, permainan seperti egrang dan dakon bisa hilang. Ini warisan yang harus kita jaga,” tegas Ida.
Salah satu anak yang ikut bermain, Langlang Isaka (21), menyatakan kegiatan ini memberinya pengalaman berharga.
“Seru sekali! Selain mengenal permainan tradisional, saya merasa lebih aktif bergerak, tidak cuma rebahan atau main gadget,” ujar perempuan asal Blora ini.
Senada dengan itu, Ika Lutfiati Putri (20), pendamping kegiatan, menilai permainan tradisional memiliki manfaat besar.
“Selain baik untuk fisik, permainan seperti ini juga mempererat hubungan sosial. Anak-anak jadi lebih berinteraksi dengan teman-teman sebayanya,” tuturnya.
Kampanye ini diadakan rutin setiap Selasa dan Jumat, dan selalu menarik minat anak-anak setempat. Ida berharap program serupa bisa diadopsi oleh komunitas lain untuk memperluas manfaatnya.
“Saya mendukung wacana pembatasan anak mengakses media sosial. Kita harus menjaga anak-anak dari dampak negatif ruang digital. Lebih baik mereka bermain dan bereksplorasi di dunia nyata,” pungkas Ida.
Melalui permainan tradisional, Komunitas Kampung Budaya Piji Wetan membuktikan bahwa kebahagiaan anak-anak tidak harus bergantung pada teknologi. Permainan masa lalu pun bisa menjadi jembatan untuk membangun masa depan yang lebih sehat dan bermakna. (YM/YM)