Kudus, isknews.com – Kirab Budaya Situs Sumur Gentong di Desa Loram Wetan menegaskan pentingnya pelestarian warisan budaya Kudus. Acara ini mendapat dukungan penuh dari Anggota Komisi E DPRD Jawa Tengah, Mawahib Afkar, yang mengalokasikan sejumlah anggaran untuk penyelenggaraan kegiatan tersebut.
“Kegiatan yang luar biasa ini merupakan legacy kebudayaan yang harus diuri-uri,” ujar Mawahib disela-sela kehadirannya dalam acara Kirab Budaya Situs Sumur Gentong, Minggu (07/07/2024).
Dukungan finansial ini juga merupakan bagian dari implementasi perda fasilitasi kebudayaan yang baru saja dibahas di Komisi E.
Mawahib menekankan pentingnya kehadiran pemerintah dalam memberikan solusi jangka panjang bagi pengembangan Situs Sumur Gentong.
“Bagaimana pemerintah ini hadir, tapi juga memikirkan jangka panjangnya,” tambahnya. Tujuannya adalah agar masyarakat tidak terus-menerus bergantung pada swadaya.
Acara kirab budaya ini melibatkan berbagai pihak termasuk pemerintah desa setempat untuk memastikan kesuksesannya. Mawahib berharap dengan adanya perda tersebut, pemerintah provinsi Jawa Tengah hadir untuk mendukung kegiatan budaya secara berkelanjutan.
“Role model ini akan kita tiru siapapun kepala daerah yang akan datang, Kegiatan ini bukan hanya sekedar perayaan, tetapi juga bentuk pelestarian budaya yang memiliki nilai historis tinggi.” jelas Mawahib.
Dengan sinergi yang baik, diharapkan Situs Sumur Gentong bisa menjadi destinasi wisata religi yang menarik.
“Ini adalah tanggung jawab kita bersama,” lanjut Mawahib.
Ia optimistis bahwa dengan dukungan pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta, pengembangan Situs Sumur Gentong sebagai tujuan wisata religi dapat terwujud.
“Kami percaya, dengan kerja sama yang baik, Kudus bisa menjadi salah satu tujuan wisata religi yang terkenal di Indonesia,” pungkasnya.
Mawahib menekankan pentingnya keterlibatan pemerintah dalam memikirkan strategi dan langkah-langkah konkret untuk mengembangkan Situs Sumur Gentong.
“Pemerintah harus hadir dan memikirkan jangka panjang, solusi bagaimana pengembangan Situs Sumur Gentong ini bisa menjadi destinasi wisata di Kudus,” ujar Mawahib.
Sebagai bentuk dukungan nyata, Mawahib mengungkapkan bahwa pihaknya telah mengalokasikan anggaran sekitar Rp 100 juta untuk penyelenggaraan kegiatan kebudayaan di Desa Loram Wetan. Anggaran ini termasuk untuk pelaksanaan Kirab Budaya yang diadakan untuk memperkenalkan dan melestarikan nilai-nilai budaya yang terkandung di dalam Situs Sumur Gentong.
“Ini bentuk dukungan kami, dan semoga ke depan bisa lebih berkembang lagi menjadi destinasi wisata religi di Kudus,” tambahnya.
Mawahib berharap dengan adanya kirab budaya ini, masyarakat lokal dan wisatawan dari luar daerah akan semakin tertarik untuk mengunjungi Desa Loram Wetan.
Kirab Budaya Situs Sumur Gentong di Desa Loram Wetan dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat, termasuk tokoh adat, pemuda, dan pelajar. Acara ini menampilkan berbagai kesenian tradisional, tari-tarian, serta ritual adat yang menggambarkan kekayaan budaya Kudus.
Selama acara, antusiasme masyarakat terlihat begitu besar. Mereka berpartisipasi aktif dalam kirab, mengenakan pakaian adat, dan membawa berbagai atribut budaya yang menambah semarak acara.
“Keterlibatan masyarakat sangat penting dalam menjaga dan melestarikan budaya lokal. Kami sangat bangga dengan partisipasi aktif dari warga Desa Loram Wetan,” kata Mawahib.
Selain itu, Mawahib berharap ada peningkatan fasilitas dan infrastruktur di sekitar situs, seperti akses jalan yang lebih baik, area parkir, serta fasilitas penunjang lainnya.
“Peningkatan fasilitas ini akan sangat membantu kenyamanan pengunjung dan memberikan pengalaman wisata yang lebih baik,” tambahnya.
Ia juga mengusulkan adanya program edukasi dan promosi yang melibatkan sekolah-sekolah dan komunitas lokal. Dengan demikian, generasi muda dapat lebih mengenal dan mencintai budaya serta sejarah daerah mereka.
“Edukasi sejak dini sangat penting agar anak-anak kita menghargai dan melestarikan warisan budaya yang kita miliki,” jelasnya.
Mawahib menutup dengan optimisme bahwa dengan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta, pengembangan Situs Sumur Gentong sebagai destinasi wisata religi dapat terwujud. “Kami percaya, dengan kerja sama yang baik, Kudus bisa menjadi salah satu tujuan wisata religi yang terkenal di Indonesia,” pungkasnya.
Ia menambahkan bahwa Kudus, yang dikenal sebagai kota kretek dan kota wali, memiliki banyak kearifan lokal yang perlu dilestarikan sebagai tanggung jawab bersama.
Selain itu, Mawahib juga mengapresiasi Festival Kedung Gupit di Desa Panjang yang baru saja berlangsung.
“Festival Kedung Gupit di Desa Panjang kemarin juga luar biasa,” katanya.
Acara ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan budaya yang mencerminkan kekayaan tradisi Kudus.
Menurut Mawahib, acara seperti dhandangan, kupatan di Mbulusan, dan lainnya, adalah kekhasan budaya yang harus didukung oleh pemerintah.
“Melihat kegiatan rangkaian ada dhandangan, itu kan bagian dari kekhasan,” tambahnya. Ia berharap pemerintah dapat lebih proaktif dalam mendukung acara-acara ini.
Mawahib mengajak semua pihak untuk bekerja sama dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya.
“Kami berharap semua pihak bisa bekerja sama untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya ini,” tuturnya. (YM/YM)